Senin, 25 Juni 2018

Cerpen


Izinkan Emas itu Bersinar

Oleh: Ira Nurastuti

Ssstt…Sst
Makhluk itu terus menenangkan kerumunan orang yang ada di depannya. Gaduh, ramai, bagaikan pasar. Ada yang asyik sendiri, ada yang sibuk dengan urusannya sendiri, ada yang berdiam diri saja. Nampaknya untuk mengurus dan menenangkan kerumunan orang dalam kelas itu tidak mudah, penuh perjuangan. Sebagian dari kerumunan itu berdiri berjajar di depan kelas untuk memaparkan hasi uji keras mereka. Makhluk itu pun sabar dalam menenangkan kerumunan orang tersebut, dan akhirnya pun suasana  kondusif.
Ya, itu sudah kewajiban makhluk tersebut dalam kesehariannya. Makhluk ciptaan Tuhan,namanya Diandra Audy Larasati, seorang wanita yang memiliki cita-cita sejak kecil untuk mendidik generasi penerus bangsa. Wanita sepertiga abad tersebut menggapai cita-citanya dengan semangat dan perjuangan. Hingga pada akhirnya ia resmi menjadi seorang pendidik di sekolah tingkat atas atau disebut SMA.
Terik mentari di siang hari membuat orang-orang ingin beristirahat, bersantai, tapi tidak dengan Diandra. Ia berusaha untuk mendidik generas penerus bangsa. Siang itu, Diandra sedang mengajar peajaran sosiologi, ya ilmu yang sejak dulu telah ada karena pandangan tokoh-tokoh, paradigma, teori melebur menjadi satu sehingga timbulah Sosiologi.
“Anak.. Anak, kali ini kita akan membahas tentang kelompok sosial, yaitu Paguyuban dan Patembayan…Sekarang Ibu mau bertanya, siapa tokoh yang memiliki teori tentang paguyuban dan patembayan?,” seru Diandra
Kerumunan orang di hadapan Diandra mengamati apa yang telah dikatakan makhluk tersebut, lalu salah satu dari kerumunan tersebut menaikan tangannya, pertanda ada sesuatu hal yang ingin ia sampaikan.
“Ferdinand Tonnies, Bu…,” jawab Ayu
“Ya, tepat sekali.. Kamu benar…,” ucap Diandra dengan senyuman yang mengiasi wajahnya.
Sosiologi itu penuh teori, banyak sekali teori yang menggambarkan sebuah kehidupan masyarakat, dengan teori kita bisa mendalami apa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.Banyak yang dipelajari, itulah mengapa Diandra ingin mendalami ilmu sosiologi.
Saat pelajaran berlangsung, ada sebagian kerumunan orang, yaitu Kayla, Ryan, Dodi, dan Kia yang tidak memperhatikan apa yang sedang dipelajari dan dibicarakan pada kelas tersebut. Diandra tidak diam, dia menegur dan menasihati anak-anak didiknya. Ia terus membujuk supaya mereka bisa mendengarkan dan belajar dengan konsen. Terkadang dalam pikiran Diandra, ia merasa bahwa generas saat ini sulit untuk diberitahu, sulit untuk berubah lebih baik. Apalagi pada zaman milenial saat ini, banyak murid yang lebih senang dan asyik dengan telefon genggam dan alat-alat elektronik sehingga mereka melupakan untuk belajar. Itu merupakan suatu tantangan dalam hidup Diandra. Ia bertekad supaya anak-anak didiknya itu bisa menggenggam dunia, di mana mereka bisa untuk bersaing dengan dunia yang luas. Bagi Diandra mereka semua adalah sebuah emas, emas yang patut untuk bersinar. Bahkan ia telah memberikan banyak model pembelajarn dan media pembelajara, seperti ular tangga, kompas, dan banyak benda kreatif yang ia buat. Supaya anak-anak bisa memahami sosiologi dengan mudah.
Suatu hari, Diandra menemui Kayla, Ryan, Dodi, dan Kia sedang membolos, dan tidak masuk sekolah, hal itu membuat ia sedih, hingga akhirnya Kayla,Ryan,Dodi, dan Kia pun menyesal karena setelah itu mereka dihukum oleh kepala sekolah akibat perbuatannya. Setelah kejadian tersebut, mereka pun tersadar dan berusaha untuk berubah untuk lebih baik. Dan menuruti nasihat Bu Diandra. Bagi Bu Diandra, mereka adalah emas, yang patut untuk bersinar menyinari dunia ini.

-Selesai-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar