Izinkan
Emas itu Bersinar
Oleh: Ira Nurastuti
Ssstt…Sst
Makhluk
itu terus menenangkan kerumunan orang yang ada di depannya. Gaduh, ramai,
bagaikan pasar. Ada yang asyik sendiri, ada yang sibuk dengan urusannya
sendiri, ada yang berdiam diri saja. Nampaknya untuk mengurus dan menenangkan
kerumunan orang dalam kelas itu tidak mudah, penuh perjuangan. Sebagian dari
kerumunan itu berdiri berjajar di depan kelas untuk memaparkan hasi uji keras
mereka. Makhluk itu pun sabar dalam menenangkan kerumunan orang tersebut, dan
akhirnya pun suasana kondusif.
Ya,
itu sudah kewajiban makhluk tersebut dalam kesehariannya. Makhluk ciptaan
Tuhan,namanya Diandra Audy Larasati, seorang wanita yang memiliki cita-cita
sejak kecil untuk mendidik generasi penerus bangsa. Wanita sepertiga abad
tersebut menggapai cita-citanya dengan semangat dan perjuangan. Hingga pada
akhirnya ia resmi menjadi seorang pendidik di sekolah tingkat atas atau disebut
SMA.
Terik
mentari di siang hari membuat orang-orang ingin beristirahat, bersantai, tapi
tidak dengan Diandra. Ia berusaha untuk mendidik generas penerus bangsa. Siang
itu, Diandra sedang mengajar peajaran sosiologi, ya ilmu yang sejak dulu telah
ada karena pandangan tokoh-tokoh, paradigma, teori melebur menjadi satu
sehingga timbulah Sosiologi.
“Anak..
Anak, kali ini kita akan membahas tentang kelompok sosial, yaitu Paguyuban dan
Patembayan…Sekarang Ibu mau bertanya, siapa tokoh yang memiliki teori tentang
paguyuban dan patembayan?,” seru Diandra
Kerumunan
orang di hadapan Diandra mengamati apa yang telah dikatakan makhluk tersebut,
lalu salah satu dari kerumunan tersebut menaikan tangannya, pertanda ada
sesuatu hal yang ingin ia sampaikan.
“Ferdinand
Tonnies, Bu…,” jawab Ayu
“Ya,
tepat sekali.. Kamu benar…,” ucap Diandra dengan senyuman yang mengiasi
wajahnya.
Sosiologi
itu penuh teori, banyak sekali teori yang menggambarkan sebuah kehidupan
masyarakat, dengan teori kita bisa mendalami apa yang dilakukan oleh masyarakat
tersebut.Banyak yang dipelajari, itulah mengapa Diandra ingin mendalami ilmu
sosiologi.
Saat
pelajaran berlangsung, ada sebagian kerumunan orang, yaitu Kayla, Ryan, Dodi,
dan Kia yang tidak memperhatikan apa yang sedang dipelajari dan dibicarakan
pada kelas tersebut. Diandra tidak diam, dia menegur dan menasihati anak-anak didiknya.
Ia terus membujuk supaya mereka bisa mendengarkan dan belajar dengan konsen.
Terkadang dalam pikiran Diandra, ia merasa bahwa generas saat ini sulit untuk
diberitahu, sulit untuk berubah lebih baik. Apalagi pada zaman milenial saat
ini, banyak murid yang lebih senang dan asyik dengan telefon genggam dan
alat-alat elektronik sehingga mereka melupakan untuk belajar. Itu merupakan
suatu tantangan dalam hidup Diandra. Ia bertekad supaya anak-anak didiknya itu
bisa menggenggam dunia, di mana mereka bisa untuk bersaing dengan dunia yang
luas. Bagi Diandra mereka semua adalah sebuah emas, emas yang patut untuk
bersinar. Bahkan ia telah memberikan banyak model pembelajarn dan media
pembelajara, seperti ular tangga, kompas, dan banyak benda kreatif yang ia buat.
Supaya anak-anak bisa memahami sosiologi dengan mudah.
Suatu
hari, Diandra menemui Kayla, Ryan, Dodi, dan Kia sedang membolos, dan tidak
masuk sekolah, hal itu membuat ia sedih, hingga akhirnya Kayla,Ryan,Dodi, dan
Kia pun menyesal karena setelah itu mereka dihukum oleh kepala sekolah akibat
perbuatannya. Setelah kejadian tersebut, mereka pun tersadar dan berusaha untuk
berubah untuk lebih baik. Dan menuruti nasihat Bu Diandra. Bagi Bu Diandra,
mereka adalah emas, yang patut untuk bersinar menyinari dunia ini.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar