Diskusi Bersama Sosiologi : “Guru Mengajar, Dihajar atau Menghajar?”
Oleh: Rahayu Dwi Wahyati
|
|
Yogyakarta—Diskusi Bersama Sosiologi
(Dubes) telah dilaksanakan pada Rabu, 4 April 2018 di Ruang Musik Pusat Kegiatan
Mahasiswa FIS UNY pukul 15.30- 17.30 WIB. Diskusi ini mengambil tema pendidikan
berkenaan dengan peran dan fungsi guru. Diskusi ini dibersamai oleh Ketua Jurusan
Pendidikan Sosiologi FIS UNY Bapak Grendi Hendrastomo, MA sebagai pemantik dan
Nur Cahyana Eko Saputra sebagai moderator.
Sesi pertama merupakan sesi penyampaian
materi oleh pemantik. “Guru punya peran yang sangat vital untuk mendidik,
alasan guru menghajar siswanya adalah karena siswa tidak menghargai gurunya.
Menghajar atau dihajar sebenarnya bukan pilihan, namun sebagai pendidik
seharusnya mampu mengetahui karakteristik peserta didik”—ujar Bapak Grendi. Penyampaian
materi ini sontak menimbulkan banyak pertanyaan para peserta diskusi. Mengapa
terdapat permasalahan “Guru mengajar, dihajar atau menghajar?”. Berbagai
pendapatpun muncul dari peserta diskusi. “menjadi pendidik tidak hanya
mengajarkan kognitif, menjadi seorang guru tidak boleh takut. Guru tidak boleh
lelah dalam belajar dan guru juga harus menjalin hubungan yang terus menerus dengan
peserta didiknya di sekolah. Guru bisa memberi hukuman tetapi dengan catatan
sebuah hukuman yang mendidik, misalnya dengan membuat suatu aturan yang
kemudian disepakati oleh guru dan juga siswa, saat ada siswa yang tidak
mengerjakan PR, maka hukuman yang diberikan berupa hukuman personal, selain itu
sebenarnya guru bisa demokratis dan juga otoriter ”—ujar Retno salah satu
peserta diskusi. Jawaban ini membuka jalan peserta diskusi lain untuk angkat
bicara. “di Papua guru masih ada yang memukul siswa karena siswanya nakal.
Sebenernya perlakuan seperti itu muncul karena ada perbedaan letak geografisnya
sendiri yang masih memiliki tradisi kuat. Di Papua kemampuan siswa diukur dari
daerah mana ia tinggal yaitu di desa atau di kota. Guru sebenarnya memukul
siswa hanya untuk mempertegas peserta didik yang tidak mengerjakan tugas misalnya
”—tanggap Dency.
Berdasarkan beberapa tanggapan dari
peserta Dubes, intinya adalah “ketika kita sudah meniatkan diri untuk menjadi
seorang guru maka kita tidak hanya bisa mengajar tapi juga mendidik. Menjadi
guru yang ok harus dimulai dari diri anda. Jika anda ingin peserta didik
yang ok terapkan dulu pada diri anda”- tutup Bapak Grendi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar