Penerapan
E-Learning di Perguruan Tinggi
Kemajuan
teknologi dan informasi yang merajai hampir seluruh sektor semakin menunjukkan pengaruhnya di
bidang pendidikan. Salah satu bentuk kemajuan teknologi dan informasi dalam
kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun perguruan tinggi adalah electronic learning.
Electronic learning atau
yang bisa disebut e-learning adalah
bentuk sistem pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses
belajar dan mengajar, baik melalui website maupun aplikasi-aplikasi pembelajaran. Pemanfaatan e-learning dalam dunia pendidikan
merupakan sarana penunjang dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran di dalam kelas.
Universitas
Negeri Yogyakarta sendiri telah
menerapkan e-learning yang dapat kita lihat dengan adanya be-smart.
Be-smart merupakan suatu media
pembelajaran yang disediakan untuk proses belajar mengajar interaktif melalui
internet yang ditujukan untuk dosen dan mahasiswa UNY. Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi, e-learning sudah diterapkan oleh
beberapa dosen baik dalam hal penyampaian materi maupun pemberian tugas. Salah
satu aplikasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajarannya adalah Google Classroom. Google Classroom merupakan suatu ruang pembelajaran yang
diperuntukkan bagi setiap lingkup pendidikan, yang dimaksudkan untuk memudahkan
kegiatan pembelajaran tanpa interaksi tatap muka. Dengan ini, mahasiswa
dimudahkan dalam mengirim tugas dan mendapatkan materi pembelajaran yang diberikan oleh
dosen.
“Hadirnya
e-learning dalam dunia pendidikan
menjadi sebuah terobosan baru yang bukan untuk menghapuskan pembelajaran
konvensional atau tatap muka, namun untuk menguatkan dan melengkapi
pembelajaran konvensional itu sendiri,” kata Denanda, mahasiswa aktif
Pendidikan Sosiologi 2015. “Karena
kalau semua kegiatan pembelajaran adalah
e-learning, hal tersebut
justru memicu pudarnya interaksi antara mahasiswa dengan dosen itu sendiri,”
tambahnya.
E-learning
sangat membantu dosen dan mahasiswa dengan memberikan banyak kemudahan, efektivitas, dan juga efisiensi dalam
kegiatan belajar mengajar. Namun dalam prosesnya, penggunaan sistem pengajaran
berbasis digital ini memiliki beberapa tantangan yang masih harus ditangani khususnya dalam dunia pendidikan.
Tantangan hadir dari penggunanya sendiri, yaitu dosen dan mahasiswa. Mahasiswa
terkadang masih merasa kesulitan dalam penggunaan teknologi yang berkembang dan
berinovasi secara terus menerus. Sementara itu untuk dosen selaku pendidik,
tantangannya adalah masih banyaknya dosen yang belum sepenuhnya menguasai
teknologi. Hal ini tentu berdampak pada penggunaan e-learning yang belum dapat dikatakan sempurna.
Hadirnya
electronic learning di perguruan
tinggi selain memiliki banyak kelebihan, juga memiliki kekurangan. Sebagai
contoh, dengan kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka dan interaksi langsung, e-learning dipandang menggugurkan peran
dosen yang justru tergantikan dengan kecanggihan teknologi. Selain itu, melalui
e-learning pendidikan
karakter juga menurun. Hal ini disebabkan karena e-learning lebih fokus
pada pengontrolan mahasiswa dalam
akademiknya saja. Nilai-nilai karakter dan moral seperti sopan santun,
kedisiplinan, dan keaktifan kurang mendapat perhatian. Untuk mengatasi dampak negatif
penggunaan e-learning, pengguna harus
lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi.
Denanda
mengatakan, “Pembelajaran di perguruan tinggi lebih baik kepada kombinasi
antara e-learning dengan konvensional. Kalau konvensional semua itu
seperti menunjukkan kalau kita tidak
mengikuti perkembangan teknologi yang ada." “Kalau
konvensional kan tatap muka setiap hari, mengerjakan tugas di cetak kemudian
dikumpulkan yang terkadang memakan waktu dan biaya banyak. Tapi kalau
dikombinasikan dengan e-learning yang
pengiriman tugasnya dikirim melalui internet, tentu dapat menghemat kertas juga. Misal semua konvensional kita
hanya terpaku dengan sistem pembelajaran yang tradisional,” lanjutnya. (LNK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar