Oleh: Natalia Yusshinta W.
Lifestyle
merupakan
suatu identitas yang dibangun dalam keluarga dimana identitas tersebut
menerangkan keberadaan keluarga di sebuah lingkungan masyarakat. Lifestyle yang dewasa ini meluas
dimasyarakat, merupakan sesuatu yang bisa dikatakan tidak penting , namun di lain hal kita dapat melihat lifestyle sebagai eksistensi sebuah
keluarga yang ditunjukan dengan bergaya. Dalam wawancara yang telah kami
lakukan dengan salah satu Dosen Pendidikan Sosiologi, yaitu Bapak Grendi Hendrastomo, M.M,M.A.
beliau berpendapat bahwa “Dengan bergaya seseorang ingin menunjukkan siapa
dirinya dan tentunya bergaya merupakan sesuatu hal yang tidak memaksa”. “Seperti
contoh saya yang tinggal di pedesaan, orang yang tinggal di desa cenderung menganggap
bergaya tidaklah penting,tetapi yang terpenting yaitu bagaimana seseorang dapat
berinteraksi satu sama lain. Lain halnya orang yang hidup di daerah perumahan, orang yang hidup di sana lebih memandang orang lain dari
segi kekayaan,rumah yang dimiliki bahkan kekuasaan,” tambahnya.
Keluarga masa kini
sungguh sangat dinamis dan kompleks, tidak
sesederhana kehadiran ayah,ibu,dan anak-anak belaka. Keluarga bukanlah benda
mati, namun hidup dan memiliki keinginan, kebutuhan, hasrat,dan cita-cita. Dewasa ini
dapat kita lihat banyak keluarga yang bisa dikatakan memiliki ekonomi di bawah rata-rata, namun ingin bergaya hidup yang mewah
atau yang biasa kita sebut hedon .
Hal itu terjadi karena
faktor seseorang yang ingin lebih diperhatikan oleh orang lain. Adapun faktor
lain yang mempengaruhi seseorang untuk bergaya, yaitu tekanan sosial yang ada dalam
lingkungan sekitarnya. Adanya fakta sosial yang memaksa untuk tidak tampil
menjadi dirinya sendiri. Seperti saat seseorang membeli barang yang sebenarnya
tidak dibutuhkan, atau melihat seseorang yang memiliki sesuatu kemudian timbulah
rasa ingin menyamai. Dari hal tersebut munculah segala cara yang kemudian
dilakukan untuk memenuhi keinginan tersebut.
Kondisi seperti yang
membedakan gaya hidup yang dahulu dengan yang sekarang. Dahulu orang memiliki
gaya hidup yang cenderung lebih kecil dibanding saat ini karena kontekstual
tekanan sosial yang adapun tidak terlalu besar. Cara
pandang yang dimiliki antargenerasi pun
berbeda seperti contoh dahulu orang tua yang memiliki kemampuan secara kapital,
maka yang akan mereka miliki bukanlah sesuatu yang dapat dilihat saja namun
juga dapat diinvestasi.
Sering juga kita dengar
gaya hidup minimalis di mana
hal tersebut akan membawa banyak manfaat, seperti penghematan tenaga,waktu,uang,menjadi
lebih produktif, dan lain sebagainya. Gaya hidup minimalis berarti
menyederhanakan standar hidup,
namun
di beberapa hal, gaya hidup minimalis terkadang tidak berbanding lurus dengan Price atau harga. Dengan demikian,
adanya lifestyle membawa perubahan
pada pola pikir keluarga dimana mereka lebih mementingkan pandangan orang lain
daripada kebutuhan yang seharusnya mereka penuhi.