Rabu, 22 Januari 2014

Wajah Politik Kampus Jelang Pemilwa


 


doc.yusufnesia.blogspot.com


Oleh : Yusuf Damar Nugroho

      Atmosfer politik kampus tampaknya semakin menguat jelang Pemilwa (Pemilihan Mahasiswa) di FIS UNY. Geliat dan polah  para calon kandidat maupun tim sukses (baca:simpatisan) masing-masing jagoan nya menjadi potret yang klasik dalam meng kampanyekan dirinya masing-masing jelang Pemilwa. Spanduk, banner, pamflet, media sosial sepertinya masih menjadi sarana andalan untuk mengenalkan dan mensosialisasikan visi-misi para calon kandidat, baik itu di HIMA, BEM maupun DPM. Calon kandidat yang lolos verifikasi berhak mengkampanyekan dirinya masing-masing selama masa yang ditentukan oleh KPU. Bergaining posisition, propaganda dan isu politik tak ikut ketiggalan mewarnai hajatan demokrasi di kampus pergerakan ini.
     Berbagai komentar pun muncul dari para mahasiswa FIS UNY terkait dengan adanya Pemilwa ini. “Kalau saya lihat uforia dan partisipasi dari mahasiswanya sendiri hampir sama dengan tahun kemarin, tapi kalau dari para kandidat apa yang mereka kampanyekan mulai bervariasi dan bisa menyentuh ranah intelektual, seperti ingin menghidupkan lab, perpustakan dan sarana-sarana lainya, jadi tidak hanya bicara politik saja tapi bagaimana pendidikan itu perlu dijadikan progam untuk menumbuhkan iklim aktif bagi mahasiswa” Ujar Taufik Nur Hidayat salah satu mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2010. Taufik juga mengatakan yang namanya Pemilwa, pentas politik dan demokrasi pasti minim yang namanya kenetralan, keberpihakan seseorang itu perlu terhadap salah satu calon kandidat, hal itu bisa menambah daya persaingan, dalam politik itu memang etis, namun dalam aturan Pemilwa sendiri harusnya tidak di benarkan, seperti dukungan secara terang-terangan di khalayak publik oleh orang-orang yang seharusnya netral di depan umum. Karena  menurut saya itu bukan hal yang lumrah karena sudah ada peraturan Pemilwa, lebih baik dukungan secara moral dan tidak ditampilkan di media.
       Muhammad Harjuna Kapilasmara, mahasiswa Pendidikan Sejarah 2013, mengatakan bahwa dirinya sangat semangat menjadi tim sukses dari salah satu pasangan calon kandidat, tapi dalam sosialisasi KPU sendiri dirasa masih kurang menyentuh kepada mahasiswa FIS itu sendiri. “Saya juga berharap di tahun-tahun mendatang mahasiswa harus memberikan suaranya dalam Pemilwa  dan tidak menjadi mahasiswa yang terlalu apatis. Dirinya juga menambahkan sosialisasi Pemilwa memang perlu melibatkan Dekan maupun para dosen sebagai role modeldi dalam fakultas” tandasnya.
          Sementara itu Pranata Sihombing mahasiswa Pendidikan Geografi 2013, yang saat ini   sebagai Panwaslu pada Pemilwa FIS tahun ini, mengatakan bahwa untuk  mensosialisasikan proses Pemilwa dan para calon kandidat kepada mahasiswa FIS , pihak KPU sudah membuat baliho-baliho yang di pasang di lingkungan FIS  dengan harapan mahasiswa FIS mengetahui tahapan-tahapan Pemilwa dan mengenal lebih dekat dengan para calon kandidat, selain itu pihak KPU juga memanfaatkan sosial media untuk men share informasi-informasi yang terkait dengan Pemilwa. Kemudian saat ditanyai mengenai adanya pelanggaran para calon kandidat dalam berkampanye, Pranata mengatakan ada beberapa calon kandidat yang memang belum memahami secara pasti peraturan-peraturan kampanye yang di buat oleh KPU sehingga masih banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran dari calon kandidat, seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu,  ada salah satu calon kandidat yang memasang spanduk kampanye di tempat yang dilarang oleh KPU, namun permasalahan itu segera di di tindak lanjuti oleh tim KPU dan Panwaslu.
        Untuk meminimalisir adanya golput dari mahasiswa dalam Pemilwa tahun ini,  KPU sudah membentuk tim SPTU yang nantinya akan mensosialisasikan dan membuat semacam propaganda mengajak mahasiswa FIS untuk menggunakan hak suaranya dalam agenda Pemilwa di setiap prodi masing-masing, ditambah dengan agenda sosialisasi melalu debat para calon kandidat yang bisa mendekatkan para calon kandidat dan bisa  menambah antusiasme mahasiswa FIS untuk menggunakan suaranya pada Pemilwa nanti.  Selain itu dirinya juga menambahkan bahwa keberadaan KPU masih independen dan netral tanpa ada campur tangan dari pihak manapun.
     Melihat situasi dan kondisi politik kampus menjelang Pemilwa di kampus merah ini, semua warga FIS seharusnya memiliki peran dan andil  dalam menciptakan iklim politik yang sehat, jujur, adil, dan bermartabat. Seluruh mahasiswa harus bersinergi dan memiliki awaraness,  untuk menyumbangkan suaranya dan memilih para  calon kandidat yang betul-betul bisa mewakili aspirasi mereka dan tentunya bisa memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kampus ini.