Kamis, 17 Januari 2013

Profil 2 Kandidat Calon Ketua Hima Pendidikan Sosiologi 2013








                                                                             Calon 1

“4 Kartu AS (kerja kerAS, cerdAS, LoyalitAS, ikhlAS)

Nama    : Yuda Ari Winanda
TTL         :Kebumen,  7 Juli 1993
Asal        : Gang Giombong 353 Gombong, Kebumen.
Pengalaman organisasi:
Ø  Ketua Konang Ijo 2011
Ø  Staff ahli HMKM Hima Dilogi 2012
Prestasi yang pernah diraih:
ü  Juara II Futsal se-UNY 2011
ü  Juara I LKTM se-FIS 2011
ü  Juara II LMP se-UNY 2011
Visi:
Mewujudkan mahasiswa pendidikan sosiologi yang berdedikasi, berprestasi, dan berakhlaq mulia
Misi:
·         Mengokohkan loyalitas dan solidalitas mahasiswa pendidikan sosiologi
·         Harmonisasi hubungan mahasiswa, organisasi, dan birokrasi
·         Meningkatkan konstribusi mahasiswa pendidikan sosiologi terhadap lingkungan dan masyarakat
·         Meningkatkan prestasi mahasiswa pendidikan sosiologi dalam bidang akademik maupun non-akademik
·         Mewujudkan mahasiswa intelektual dan berakhlaq mulia

Pesan:
“siapapun yang terpilih nantinya haruslah bertanggung jawab dan dapat menempatkan dirinya.  Berkontribusi, berkomitmen, dan juga konsisten terhadap Hima Dilogi UNY”.







                                                                            Calon 2

nama                                     : Libriana Chandra Dewi
TTL                                         : 7 Oktober 1992
Asal                                        : Maguwo Harjo Sleman
Pengalaman Organisasi :
1.       Ketua Pemuda 2010
2.       Koordinator UNY JMSJ 2011
3.       Staff ahli HMKM Hima Dilogi 2011
Prestasi yang pernah diraih:
a.       –
b.      –
Jargon: Simpony Sosiologi (satu dalam keberagaman)
Visi:
Mewujudkan Mahasiswa Sosiologi yang peduli, kreatif, kritis, produktif, dan bermanfaat nyata bagi masyarakat.
misi:
Menciptakan kondisi hima yang berkepribadian solid ,gigih, dan tangguh
mewujudkan hima yang professional, bertanggung jawab yang berlandaskan kekeluargaan.

Saran:
“Siapapun yang mengemban amanah nantinya, sering-seringlah ke-Hima. Cek  kondisi hima, dan tempatkanlah diri sebagai pemimpin.  Dengan demikian segala masalah apapun akan bisa teratasi. Bangun solidaritas dan bertanggungjawab.” Buat Teman-teman yang lain “kami tunggu partisipasi dan kontribusinya. Mari bangun Hima Dilogi dengan lebih kreatif, berkomitmen, dan solid”.


Dinamika Pemilwa Kampus FIS UNY






                                                  (TPS Sosiologi)


        Pesta akbar pemilihan mahasiswa (Pemilwa) akan segera dimulai. Belum lama lagi berbagai pamflet akan terlihat di sudut-sudut Kampus Fakultas Imu Sosial (FIS). Kampanye akan datang pada tanggal 30 November sampai 6 Desember 2012. Berbagai persiapan dan kesibukan telah terlihat baik dari penyelenggara pemilwa yaitu Komisi  Pemilihan Umum (KPU) FIS UNY dan para kandidat calon ketua organisasi mahasiswa (Ormawa). Terhitung ada 16 kandidat calon ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA). 16 orang ini dinyatakan lolos dari persyaratan yang telah ditentukan KPU. Persyaratan itu antara lain mereka yang bersedia menjadi calon ketua, tercatat sebagai mahasiswa aktif dengan IPK minimum 3,0.
 Kampanye mulai gencar dilakukan dengan berbagai poster dan sosialisasi yang dilakukan oleh para kandidat. Pemilwa yang akan datang pada 10 Desember ini sepertinya kurang menarik perhatian mahasiswa FIS. Terbukti dari kampanye yang dilakukan kandidat, baik itu orasi, sosialisasi dan poster,  masih banyak mahasiswa yang tidak peduli dengan adanya kampanye tersebut. Muchibbur, mahasiswa pendidikan Sosiologi mengaku tidak begitu tahu pemilihan dilakukan tanggal berapa. Ia juga mengatakan bahwa sosialisasi belum begitu mengena di mahasiswa. Untuk kandidatnya, Muchibbur hanya mengetahui calon ketua HIMA pendidikan Sosiologi saja, sedangkan untuk calon ketua BEM, ia mengaku hanya mengetahui beberapa saja.
Menurut ketua KPU FIS UNY, Rio Febriawan, sosialisasi itu penting, seperti menempelkan pamflet, demokrasi, orasi kandidat dan debat yang dilakukan oleh para kandidat. Sosialisasi tersebut yang dapat menarik perhatian mahasiswa agar bersedia berpartisipasi dalam pemilwa. Rio mengatakan semua mahasiswa aktif berhak untuk memilih dalam pemilwa, baik itu angkatan 2012 maupun angkatan 2007 atau angkatan 2008 yang masih aktif kuliah. Dilihat dari partisipasi mahasiswa saat ini, sepertinya sebagian besar mahasiswa belum begitu tertarik untuk mengikuti pemilwa ini. Sedangkan demokrasi di kampus pergerakan ini ditentukan oleh mahasiswanya sendiri. Rio mengatakan bahwa mahasiswa penting untuk memilih karena dari pemilihan tersebut akan berpengaruh pada pemerintahan kedepannya. Muchibbur juga mengatakan bahwa memilih calon ketua penting, karena kita dapat memilih orang yang sekiranya mampu untuk memimpin.


PENTAS AMAL HIMA DILOGI 2012







       “Peduli Masyarakat”, ya, itu mungkin salah satu bentuk dari wujud konkrit sebagai seorang mahasiswa yang diharapkan untuk peduli, kontributif dan kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Mungkin hal tersebut dicoba di aktualisasikan oleh mahasiswa pendidikan sosiologi  dalam kegiatan sosial  PENTAS AMAL HIMA DILOGI  yang dilaksanakan pada hari Minggu 2 Desember 2012 kemarin di dusun Plampang, desa Kalirejo kabupaten Kulonprogo. Acara tersebut menyajikan banyak kegiatan yang bersifat sosial seperti Pembagian sembako, Penyuluhan gigi, berbagai macam perlombaan yang di ikuti oleh masyarakat desa setempat, pentas musik dan acara tersebut diakhiri dengan pemutaran sebuah film Alangkah Lucunya Negeri Ini. “Dengan adanya kegiatan seperti ini warga sekitar merasa senang dan sangat bermanfaat bagi masyarakat di desa kami ” Ungkap Bu  Sri Sundari salah satu warga setempat. Hal senada sepertinya juga di ungkapkan oleh  bapak Lono selaku kepala desa  Kalirejo “saya sangat merespon positif kegiatan-kegiatan sosial semacam ini. Karena kegiatan ini juga sekaligus dapat memupuk kepekaan sosial dalam diri mahasiswa, bisa membaur di masyarakat sehingga diharapkan antara  mahasiswa dan masyarakat tidak ada sekat” ujar beliau dalam sambutanya.
     Sesuai dengan  tujuan diadakanya  acara ini yaitu bagimana menumbuhkan kesadaran (awareness) mahasiswa dapat saling bahu-membahu melayani masyarakat, doing something for others. Kontribusi dan dedikasi  tidak hanya dilakukan  didalam kampus namun hal yang semestinya juga dilakukan di luar kampus (masyarakat). Sehingga  terciptalah keseimbangan antara kegiatan akademik dan jiwa sosial pada mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa sebagai role model di dalam masyarakat harus mampu memiliki peran  bagaimana mengimplementasikan ilmunya dalam masyarakat dan dapat memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang banyak.
      





Herbert Spencer



1.      Herbert Spencer dan Auguste Comte
Spenser sering sekali disamakan dengan Comte dalam hal pengaruh mereka terhadap perkembangan teori sosiologi (J. Turner, 2001a), namun ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya. Sebagai contoh, tidak terlalu mudah mengategorikan Spencer sebagai seorang konservatif. Sebaliknya, pada tahun-tahun awal, Spencer lebih tepat bila dipandang sebagai seorang penganut politik liberal, dan ia mempertahankan unsur liberalisme ini sepanjang hayatnya. Namun, juga benar bahwa Spencer tumbuh semakin konservatif sepanjang hidupnya dan bahwa pengaruh dasarnya, sebagaimana Comte adalah konservatif.
Teori evolusi. Setidaknya ada dua prespektif utama tentang evolusi dalam karya Spencer (Haines,1998:Perin,1976).
Perspektif pertama  terutama terkait dengan dengan meningkatkannya ukuran masyarakat-masyarakat tumbuh karena betambahnya jumlah individu dan menyatunya kelompok (perkumpulan). Peningkatan ukuran masyarakat membawa serta struktur sosial yang lebih besar dan lebih terdiferensiasi., sekaligus peningkatan diferensiasi fungsi yang dimainkannya. Selain, pertumbuhan ukuran, masyarakat berevolusi melalui perkumpulan, yaitu dengan menyatukan lebih banyak lagi kelompok yang sebelumnya telah terpadu. Jadi, Spencer berbicara tentang gerakan evolusi dari masyarakat sederhana manuju masyarakat perkumpulan ganda, dan masyarakat perkumpulan tripel.
Spencer juga menawarka teori evolusi dari masyarakat. Militan menuju masyarakat industri. Sebelumnya, struktur masyarakat militan dianggap hanya bertujuan perang dalam rangka bertahan dan mneyerang. Kendati Sspencer bersikap kritis terhadap perang, ia merasa bahwa pada tahap awal perang  berfungsi menyatukan masyarakat, ( misalnya penaklukan militer) dan menyediakan lebih banyak jumlah orang yang diperlukan bagi perkembangan masyarakat industri. Namun, dengan kemunculan masyarakat industri, perang semakin tidak fungsional. Dan justru menghambat evolusi lebih lanjut. Masyarakat industri didasarkan pada persahabatan, alturisme, spesialisasi kompleks, pengakuan atas prestasi dibanding karakteristik yang dibawa sejak lahir, dan kerja sama suka rela antarindividu yang sangat disiplin. Masyarakat semacam itu dipersatukan oleh hubungan kontraktual sukarela, dan lebih penting lagi, oleh kuatnya kesamaan moralitas. Peran pemerintah dibatasi dan difokuskan dalam hal-hal yang tidak boleh dilakukan orang. Jelas, masyarakat industri modern kurang menyukai perang bila dibandingkan masyarakat militan pendahulunya. Meskipun Spencer melihat adanya evolusi umum yang bergerak ke masyarakat industri, ia pun mengajui bahwa mungkin akan terjadi regresi periodik yang mengarah pada peperangan dan masyarakat militan.
Dalam tulisan-tulisannya tentang soal politik dan etika, Spencer menawarkan gagasan-gagasan lain entang evolusi masyarakat. Di antara alasan mengapa dia melakukan hal ini adalah karena dia memandang masyarakat sedang bergerak menuju keadaan moral yang ideal dan sempurna. Sedangkan alasan lainnya adalah dia menganggap bahwa masyarakat yang paling kuatlah yang dapat bertahan, sementara masyarakat yang kalah dalam seleksi akan sirna dengan sendirinya. Hasil dari proses ini adalah perbaikan kemampuan adaptasi dunia secara keseluruhan.
Spencer menawarkan rangkaian gagasan yang begitu kaya dan rumit tentang evolusi masyarakat. Semula gagasannya memang menuai kesuksesan, tapi setelah itu diabaikan selama bertahun-tahun, dan akhir-akhir ini kembali bangkit seiring lahirnya teori-teori sosiologi neorevolusioner (Buttel,1990).

2.      Sosiologi Herbert Spencer
Sebagai salah seorang pendiri sosiologi, usaha Spencer untuk memajukan ilmu ini sebagai suatu ilmu pengetahuan, menekankan pada perlunya pendekatan ilmiah bagi seluruh gejala yang ada serta mengingkatkan pendekatan ini bagi pengakajian kehidupan sosial. Anggapan yang ada selama ini memang bahwa semua gejala yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan selalu dikaikan dengan konsep-konsep metafisis dan agama. Seperti juga Comte, Spencer memperkenalkan ide-ide barunya dengan pendekatan yang juga baru yang pada saat itu dianggap bertentangan dengan semua pendekatan yang ada. Ide-ide Spencer pada saat itu memang mengalami tantangan. Sadar akan hal inilah Spencer melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dan agama yang termuat di dalam bukunya: First Principles, di mana dia membedakan antara dua fenomena yaitu fenomena yang dapat diketahuai dan fenomena yang tidak dapat diketahui. Hal-hal yang dapat diketahui katanya adalah yang merupakan pengalaman kenyataan dan mudah diterima oleh manusia sedangkan hal-hal atau gejala-gejala yang tidak dapat diketahui merupakan hal-hal yang berada di bawah lapangan pengetahuan manusia serta konsepsi manusia. Sejak kepercayaan absolut tentang Tuhan diterima oleh manusia, katanya, maka kepercayaan terhadap Tuhan merupakan kategori yang tidak dapat diketahui dan tidak dapat dilihat. Spencer mencoba melakukan kompromi antara ilham pengetahuan dengan agama. Namun usahanya ini menyebabkan dia dicap oleh rohaniawan agama konservatif sebagai murtad dan berbahaya bagi kehidupan agama, karena dia dianggap menyembunyikan ilmu pengetahuan di balik agama.
Pertanyaan Spencer selalu berupa: Mengapa hal ini ada? Mengapa hal itu berubah? Dengan pertanyaan sedemikian ini dia masuk ke dalam usaha untuk mencari sumber-sumber yang asli dan menganalisis perkembangan yang beranekaragam ide yang tersirat di dalamnya. “Sebelum kita mengkaji kehidupan sosial, adalah perlu untuk memahami terlebih dahulu hukum-hukum asli tentang kehidupan sosial tersebut serta perkembangan setiap fenomena dan hukum-hukum umum mengenai evolusi”, kata Spencer. Hukum  tersebut merupakan proposisi dasar yang melibatkan seluruh beda di dunia ini, baik itu berupa benda inorganis, benda organis atau sosial yang disebut super organik.
Spencer memulai tiga garis besar teori umum yaitu apa yang disebutnya dengan tiga kebenaran universal yang berbunyi: (1) adanya materi yang tidak terusakkan, (2) adanya kesinambungan gerak, (3) adanya tenaga kekuatan yang terus menerus. Di samping itu ada proposisi yang berasal dari kebenaran universal yaitu:
a.       Kesatuan hukum, kesinambungan hubungan antara kekuatan-kekuatan yang tidak pernah muncul dengan sia-sia dan tanpa akhir.
b.      Bahwa kekuatan tersebut tidak pernah musnah namun akan ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan yang lain.
c.       Segala sesuatu yang bergerak sepanjang garis setidak-tidaknya akan dirintangi oleh suatu kekuatan yang lain.
d.      Adanya suatu irama daripada gerakan atau disebut dengan gerakan alternatif.
Menurut Spencer, harus ada suatu hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda-beda di halaman proses evolusioner ini. Dan hukum itu ialah pernyataan bahwa hilangnya sesuatu gerakan biasanya diiringi oleh tujuan gerakan itu sendiri dan akan munculnya suatu disintergrasi dari keadaan tersebutt atau menurut Spencer, adanya evolusi selalu diikuti oleh disolusi. Evolusi yang sederhana hanyalah merupakan suatu gerak yang hilang dan merupakan suatu redistribusi dari keadaan. Evolusi itu sendiri terjadi dimana-mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan geologi, kehidupan organik seperti biologi dan psikologi serta kehidupan superorganik seperti sosiologi.
Spencer mengajukan empat pokok penting tentang sistem evolusi umum yaitu:
a.       Kestabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar dan akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar.
b.      Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam ratio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan (equilibrium) saja, yaitu suatu keadaan yang seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang lain.
c.       Kecenderungan  terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segresi.
d.      Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Spencer memandang sosiologi sebagai suatu studi evolusi di dalam bentuknya yang paling kompleks. Evolusi ini adalah merupakan evolusi superorganis yang termasuk semua proses dan produk tindakan yang dillakukan oleh individu-individu. Di dalam karyanya, Prinsip-Prinsip Sosiologi, Spencer membagi pandangan sosiologisnya menjadi 3 bagian yaitu:
a.       Faktor-faktor extrinsic asli seperti: fisis dan iklim.
b.      Faktor-faktor intrinsic asli seperti: fisis, intelektual, rasa, atau emosional manusia.
c.       Faktor asal muasal seperti modifikasi masyarakat, bahasa, pengetahuan, kebiasaan, hukum, dan lembaga-lembaga.
Dalam tahun 1890 Prof. Giddengs membuat singkatan ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer sendiri. Adapun singkatan sistem sosial Spencer adalah sebagai berikut:
a.       Masyarakat adalah oragnisme, atau mereka adalah superorganis yang hidup berpencar-pencar.
b.      Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga, suatu kekuatan yang seimbang. Keseimbangan itu ialah antara masyarakat dan masyarakat, anatra kelompok sosial satu dengan kelompok sosial lain.
c.       Equilibrasi antara masyarakat dan masyarakat, antara masyarakat dan lingkungan mereka berjuang satu sama lain demi eksistensi mereka di antara warga masyarakatnya. Akhirnya konflik mejadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
d.      Di dalam perjuangan ini kemudian timbullah rasa takut di dalam  hidup bersama serta rasa takut untuk mati. Rasa takut mati adalah pangkal kontrol terhadap agama.
e.       Dengan diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama maka kebiasaan konflik menjadi benih militerisme. Militerisme membentuk sifat dan tingkah laku serta membentuk organisasi sosial dalam peperangan pada umumnya.
f.       Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang kecil menjadi kelompok sosial yang lebih besar. Dalam penggabungannya ini diperlukan integrasi sosial. Proses semacam ini memperluas medan integrasi sosial yang biasanya terdapat pemupukan rasa perdamaian antara sesamanya serta rasa kegotong-royongan.
g.      Kebiasaan berdamai dan rasa kegotong-royongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka pada hidup tentram dan penuh dengan rasa setia kawan.
h.      Di dalam tipe masyarakat yang penuh dengan perdamaian kekuatannya akan berkurang namun sebaliknya rasa spontanitas serta inisiatif semakin bertambah, organisasi sosial menjadi semacam plastik saja sedangkan anggota masyarakat dapat berpindah dengan leluasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka mengubah hubungan sosial mereka tanpa merusak kohesi sosial yang telah ada. Kesemuanya ini merupakan elemen di mana rasa simpati dan seluruh pengetahuan yang ada di dalam kelompok sosial merupakan kekuatan tersendiri bagi masyarakat primitif.
i.        Perubahan dari semangat militerisme menjadi semangat industrialisme, semangat kerja keras tergantung pada luasnya tenaga antar kelompok-kelompok masyarakat yang ada serta kelompok masyarakat tetangganya, antara ras dalam suatu masyarakat yang ada serta masyarakat yang lain, antara masyarakat pada umumnya serta lingkungan fisis yang ada. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penuh rasa perdamaian tak dapat dicapai sampai keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras yang ada tercapai lebih dahulu.
j.        Di dalam masyarakat, seperti pada kelompok masyarakat lain tertentu, luasnya perbedaan serta jumlah kompleksitas segenap proses evolusi tegantung pada nilai-nilai proses integrasi. Semakin lambat nilai integrasinya, semakin lengkap dan memuaskannya jalannya evolusi itu.

3.      Manusia Sebagai Unit Sosial
Manusia dalam pandangan sosiologi Spencer amatlah penting. Dia percaya bahwa masyarakat secara alamiah tidak dapat menghindarkan diri dari perjuangan untuk dapat hidup terus diantara sesama individu dan masyarakatnya. Seperti halnya di dalam filsafat abad ke-19, Spencer percaya benar terhadap individualisme dan kemerdekaan. Setiap individu dapat saja dengan bebas menggunakan adat kebiasaannya sendiri maupun meniru adat kebiasaan orang lain. Hanya saja kebebasan ini tetap harus dijaga agar tidak menjalar pada kebebasan orang lain.
Spencer dalam karya-karyanya tidak memperhatiakn pendekatan kultural maupun apresiasi terhadap efek kebudayaan yang ada pada seseorang. Di dalam skema besarnya, Spencer menjelaskan akan pentingnya lembaga agama dan pemerintahan dalam membentuk para individu serta meneruskan penelitiannya mengenai asal usul rasa ketakutan manusia. Dari rasa takut pada manusia yang hidup ini kemudian menimbulkan suatu pemerintahan. Rasa takut pada kematian akan menimbulkan agama. Di samping itu Spencer juga mengingatkan kembali bahawa hubungan orang-orang dan masyarakat merupakan proses dua jalur. Dia mengamati bahwa individu dapat mempengaruhi masyarakat, sebaliknya masyarakat juga dapat mempengaruhi individu.

4.      Kekuatan Sosial dan Proses
Spencer mepunyai keyakinan bahwasanya nanti suatu saat masyarakat akan mencapai keadaan yang seimbang dalam hal kekuatan setiap orang berjuang untuk mencapai kehidupan dan mencari kebahagiaan. Dia menerima anggapan filsafat yang besar bahwa kebahagiaan adalah tujuan dari setiap kehidupan manusia dan bahwasanya masyarakat yang ada itu akan menciptakan kebahagiaan yang paling besar baagi sejumlah warga masyarakatnya.
Konflik dan perjuangan untuk hidup merupakan proses yang paling utama. Masyarakat selalu berhubungan dengan kedua hal tersebut baik di masa yang sudah lewat dan masa sekarang. secara pemerintahan, konflik ini terutama berkisar pada bidang ekonomi dan militer. Spencer sebagai seorang optimis dan percaya akan adanya progress di dalam masyarakat selalu memandang akan adanya perubahan di dalam lembaga ekonomi dan pemerintahan. Ekonomi akan berubah dari bentuk ekonomi berburu dan pertanian menuju ekonomi industri. Sedangkan pemerintahan akan berubah dari militerisme yang besar dan kuat menuju pada suatu negara yang tenteram denga suatu pengecilan ukuran dari kekuatannya. Jadi, konflik pada masa lewat maupun sekarang yang dianggap penting akan menjadi kurang penting pada masa yang akan datang.
Proses diferensiasi dan spesialisasi di dalam masyarakat selalu dibarengi oleh perjuangan untuk hidup. Konsepsi Spencer mengenai evolusi universal telah berubah dari evolusi homogen dan tidak menentu menjadi evolusi yang heterogen dan menentu.

5.      Struktur Sosial
Spencer yakin terhadap adanya masyarakat sebagai suatu organisme, dengan menggunakan analogi biologi untuk menggambarkan organisasi masyaarakat. Setiap masyarakat memiliki sistem peraturan (pemerintah dan militer), suatu sistem distribusi (perdagangan dan komunikasi) dan suatu sistem penopangan (ekonomi) yang sama saja dengan regulasi, sirkulasi serta nutrisi dalam suatu organisme biologi. Hal inilah yang akhirnya menjadi dasar aliran organisme bagi kaum sosiolog yang selanjutnya dijadikan konsepsi masyarakat. Oleh karenanya tidak ragu-ragu lagi bahwasanya ada persamaan antara organisme dan masyarakat.
Spencer terutama sekali tertarik dalam menggambarkan dan memperbandingkan bermacam-macam lembaga sosial, keluarga, pemerintah dan lembaga ekonomi merupakan aspek-aspek yang ia alami. Dia membicarakan masyarakat militer yang didalamnya terdapat pusat kontrol dalam masalah perang dan damai. Keduanya ditangani oleh pimpinan angkatan perang yang juga merangkap sebagai pimpinan politik. Pemerintah dan organisasi gereja mengajarkan rasa ketaatan dan pengabdian yang mendalam.
Masyarakat industri berlawanan dengan militer. Masyarakat industri adalah masyarakat yang penuh dengan perdamaian, demokratis dan terpilih di dalam organisasi politik. Spencer melihat adanya kemungkinan penggabungan antara militerisme dan industrialisasi, seperti yang terbukti pada abad ke-20 sekarang, namun dia gagal dalam melihat timbulnya negara sosialisme sebagai suatu gabungan antara pemerintahan industrialisme dan dan pemerintahan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Teori evolusi pemerintahan serta tipe-tipe militernya yang ideal serta masyarakat industrinya adalah sama dengan teori Durkheim mengenai masyarakat organias dan masyarakat mekanis.

6.      Perubahan Sosial
Segala sesuatu itu berubah dan akan menjadi lebih kompleks lagi. Perubahan dalam suatu area kehidupan akan membawa perubahan yang cepat dan berbeda-beda pada lainnya. Satu sama alinnya saling berkaitan. Penyebab yang satu akan menjadi penyebab lainnya. Ini adalah hukum Spencer mengenai multiplikasi efek yang tenah dicanang dalam Corollaly II di dalam teori evolusi umumnya. Dia lebih lanjut menklasifikasikan faktor-faktor di dalam perubahan sosial yaitu faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor-faktor primer adalah sifat individu masyarakat dan kondisi masyarakat yang ada. Yang dimaksud dengan individu disini adalah sifat fisik, emosi dan intelektualnya orang-orang di dalam masyarakat yang menyebabkan perubahan sosial dalam kelompok itu. Spencer juga memperhitungkan akan adanya  evolusi sosial (seperti dalam alam kehidupan manusia primitif) adalah lebih menggantungkan pada kondisi lokal daripada kondisi-kondisi yang lain. Kesemuanya ini menciptakan adanya banyak masalah yang harus dipecahkan oleh manusia bila manusia itu ingin dapat hidup terus.
Faktor sekunder ialah faktor yang berasal dari perubahan manusia. Kesemuanya terdiri dari lima faktor:
a.       Modifikasi yang progresif mengenai lingkungan yang dijalankan oleh masyarakat.
b.      Ukuran masyarakat. Kepadatan penduduk secara langsung akan bertambah proporsinya karena adanya spesialisasi di dalam pekerjaan manusia.
c.       Pengaruh timbal balik antara masyarakat dan individu. Pengaruh keseluruhan terhadap bagian-bagian yang ada terhadap keseluruhan.
d.      Akumulasi produk superorganik, seperti obyek materi, bahasa, pengetahuan, mite-mite dan sejenisnya.
e.       Perjuangan antara masyarakat dengan masyarakat tetangganya
Konflik antara kelompok dan yang hidup dengan layak telah mendominir sosiologinya Spencer. Perang bagi Spencer, sumbernya dan hampir secara ekslusif berasal dari terintegrasinya kekuatan-kekuatan kepentingan sosial yang paling besar. Perkembangan politik ditentukan oleh perjuangan kelompok yang menentang suatu kelompok lain. Perkembangan ekonomi ditentukan oleh perjuangan manusia terhadap alam.
Spencer akhirnya menyebutkan:
Dengan berkembangnya masyarakat dalam arti umum, maka mereka menunjukkan integrasi baik dengan massa yang bertambah secara sederhana maupun dengan cara koalisi dan rekoalisi massa. Perubahan dari homogenitas menuju heterogenitas bisa dijadikan contoh secara luas, mualai dari suku yang paling sederhana sampai pada bangsa yang beradab yang penuh dengan fungsi dan strukturnya. Dengan majunya integrasi dan heterogenitas maka meningkatlah perhubungan masyarakat itu. Kelompok masyarakat yang hidup mengembara mulai punah, terbagi-bagi menjadi satuan kecil yang tidak mempunyai kelompok, suku dengan bagian-bagiannya membuat persekutuan yang lebih kuat dengan cara mengabdikan dirinya paada seorang pimpinan yang dominan, kelompok-kelompok suku bergabung menjadi satu dalam suatu jalinan politik di bawah seorang pimpinan dan sub pimpinan, dan selanjutnya sampai pada suatu bangsa yang beradab mengadakan konsolidasi bersama-sama selama ribuan tahun bahkan lebih. Secara simultan datanglah kepastian. Misalnya peraturan-peraturan yang tepat meski datangnya secara perlahan-lahan, adat kebiasaan mulai dilewatkan diganti dengan hukum yang lebih tepat dan lebih spesifik dalam penerapannya terhadap tindakan yang beranekaragam itu. Jadi kesemuanya itu telah memenuhi formula evolusi sebagai suatu progres terhadap ukuran yang lebih besar, berkesinambungan, bentuk yang jamak serta kepastian yeng lebih mantap.
Spencer mempertimbangkan bahwa formula integrasi serta perbedaan-perbedaan yang dipergunakan tidak hanya untuk masyarakat saja, namun juga untuk bagian-bagian masyarakat (sistem sosial). Dia membuat analisa yang mendalam mengenai perkembangan masyarakat, tetapi ia menghindarkan diri dari faktor-faktor seperti penemuan-penemuan, migrasi dan kontak budaya. Kemudian para peneliti juga mempertanyakan statemennya yang menyatakan bahwa masyarakat atau sistem sosial selalu cenderung menjadi lebih heterogen. Perkembangan bahasa juga agama yang pernah disinggung sebelumnya kadang-kadang hanya merupakan suatu penyederhanaan saja daripada kompleksitas yang semakin timbul. Beberapa penemuan akan lebih menyederhanakan prosedur daripada mempersulitnya.
Setelah mempelajari evolusi sosialnya Spencer, maka Rumney menyimpulkan bahwa konsep yang telah dicapai dapat dikualifikasikan sebagai berikut:
a.       Perkembangan yang tidak linier harus dikeluarkan.
b.      Batas-batas harus diletakkan di setiap proses sosial atau garis perkembangan.
c.       Evolusi dalam artian menurunnya modifikasi yang tidak boleh dikacaukan dengan evolusi yang berkonotasi terhadap asal mula segala sesuatu.
d.      Formula evolusi sosial tidak perlu diperluas atau bila diperluas akan kehilangan nilai penjelasannya.
e.       Integrasi serta perbedaan yang meningkat terjadi di dalam evolusi, namun peningkatan kesemuanya itu tidak perlu menimbulkan kompleksitas.
f.       Spencer hanya memberikan sedikit mengenai faktor manusia, kesadaran dalam pembuatan perencanaan yang dibuat oleh individu atau kelompok.
g.      Dia melupakan aspek-aspek kualitatif mengenai evolusi.
h.      Dia salah dalam mengasosiakan kemajuan yang ada dalam evolusi.
Spencer menggunakan istilah progres dan evolusi sebagai suatu istilah yang sinonim. Dia beranggapan bahwa evolusi itu sudah jamak, otomatis dan mempunyai kaitan dengan hal-hal yang bersifat progresif. Bahwa evolusi manusia telah mengambil tempat sudah tidak diragukan lagi daripada evolusi biologisnya. Namun yang masih tetap diragukan ialah penyebab evolusi itu sendiri.
7.      Metodologi
Sebagai seorang pendiri sosiologi, Spencer juga ingin membuat metodologi bagi ilmu pengetahuan masyarakat. Sampai  pada generalisasinya, maka dalam karyanya ia menggunakan empat metode ilmiah, yaitu deduksi, induksi, metode komparatif dan metode variasi yang menyertainya.
Dalam studi sosiologinya, ia membicarakan betapa sulitnya mempelajari fenomena sosial. Secara obyektif, kesulitan-kesulitan itu timbul karena para ilmuan sebagai suatu bagian masyarakat yang dia pelajari tidak dapat melepaskan dirinya sendiri dari masyarakat yang sedang dikajinya. Ia juga harus menyadari terhadap observasi orang lain yang mungkin juga kurang cermat disebabkan oleh adanya kecerobohan, fanatisme atau kepentingan kesaksiannya. Dia harus berhati-hati sekali dalam mempertimbangkan kebenaran atas kesaksiannya. Ia tidak boleh dipengaruhi oleh perhatian masyarakat terhadap sesuatunya dan tidak boleh berat sebelah dalam mempertimbangkan kepentingan yang sama lainnya.
Sedemikin jauh, mungkin saja dia dapat mencapai suatu penjelasan yang amat cermat. Di samping kesulitan-kesulitan yang obyektif, seorang ilmuwan sosial juga harus melawan terhadap adanya kesulitan-kesulitan subyekif.  Fenomena sosial itu mempunyai kiatan antara satu dengan lainnya dan kaitan ini sulit sekali. Namun kadang-kadang juga dimungkinkan untuk memisah-misahkan kenyataan-kenyataan tersebut. Kesulitan intelek pun merupakan hal yang nyata, sebab kurangnya bagian intelek ini menyebabkan sulitnya penjajagan fenomena sosial yang betul-betul terlibat di dalamnya. Demikian juga kita mendapatkan kesulitan dalam menelaah perbedaan masyarakat yang sedemikian besarnya yang selalu berubah-uba hdari waktu ke waktu  dan dari tempat satu ke tempat lainnya. Dengan tambahan bahwa seorang ilmuwan harus dapat menjaga faktor-faktor emosinya yang dapat mengganggu penemuan-penemuannya. Ketakutannya, seperti juga rasa condong sebelah dapat mengganggu penilaiannya. Spencer memperlakukan rasa condong sebelah ini dengan cara mendetail dan menggambarkan bahwa semua yang dihasilkan dari pendidikan, patriotisme klas, politik dan agama merupakan ketidak-sesuaian di dalam penilaian.
Dia beranggapan bahwa studi masyarakat itu penting karena hal itu akan memberikan pengertian yang lebih baik akan adanya masyarakat, asal mulanya serta hubungan natar bagian-bagiannya. Namun sedemikian jauh dia tidak menghendaki agar sosiologi itu mengubah masyarakat. Karena kepercayaannya terhadap evolusi sosial yang tak dapat dielakkan lagi serta umum itu, maka ia mempertimbangkan bahwa reformasi sosial itu tidak perlu bahjan merugikan efek masyarakat itu sendiri. Sedemikian jauh ia beranggapan bahwa refomasi sosial  mungkin dapat menganggu, menghambat atau mengacaukan jalannya kemajuan. Oleh karena dia beranggapan bahwa studi sosilogi harus menghindari perangkap semacam ini.

8.      Beberapa Catatan Terhadap Spencer
Dengan Comte, Spencer membuat sosiologi suatu ilmu pengetahuan serta menentukan arah pandangan sosiologi itu. Akhirnya Rumney memberikan ringkasan yang amat berguna mengenai karya Spencer sebagai berikut: Teori Sosiologi Spencer dapat dipastikan lebih maju daripada Comte. Dia menunjukkan suatu keterampilan dalam mengetrapkan data etnologis dan metode komparatif. Metode dan hasil-hasilnya memberi inspirasii pada Durkheim di Perancis, Hobhouse di Inggris, Albion Small, Sumner dab Giddings di Amerika Serikat, Wiese, Oppenheier, Schmoller dan Muller Lyer di Jerman.
Garis besar pandangan dan tujuan sosiologi Spencer ditandai oleh adanya kesatuan dan perpautan sebagai seorang filosof yang benar-benar ingin membuat suatu Ilmu Masyarakat. Dia menekankan pandangannya pada sifat superorganis masyarakat, namun pandangan individualistis yang berat sebelah itu menolak atau berlawanan terhadap adanya unit massa sebagai individu yang ada dalam masyarakat. Dia melihat dengan jelas adanya ketergantungan sosiologi terhadap psikologi dan juga sosiologi terhadap sejarah. Dia adalah orang yang pertama kalinya menunjukkan akan pentingnya psikologi komparatif dan emperhatikan akan pentinngnya syllabus untuk psikologi koparatif ini. Tidak seperti para sosiolog sebelumnya, dia tidak menggunakan istilah masyarakat sebagai suatu yang tidak mempunyai bentuk, namun sai membicarakan mengenai masyarakat-masyarakat. Dia membuat kerangka klasifikasi mengenai masyarakat-masyarakat dan suatu morfologi sosial yang benar-benar amat berguna bagi sosiologi yang ilmiah. Analisanya mengenai lembaga-lembaga rumah tangga, politik, industri dan agama memiliki banyak pertentangan dengan observasi dan ilustrasi yang pernah dilakukan. Dia menunjukkan akan arti pentingnya faktor ekonomi dalam membentuk perkembangan masyarakat dan dia melihat korelasi antara lembaga-lembaga pasa suatu saat tertentu. Di antara lembaga dan tipe masyarakat yang ada itu Spencer memasukkan penyelidikkannya mengenai tindakan psikologis mayarakat terhadap para individu dan para individu terhadap masyarakat. Dia menunjukkan adanya kekuatan-kekuatan psikologis yang menjaga otoritas keluarga dan otoritas negara. Dia mementingkan akan adanya keaneka-ragaman yang tidak menentu serta komplekitas sikap, kebiasaan, moral, upacara dan hukum. Dia telah menganalisa kompleksitasnya penyebab sosial dan faktor-faktor yang masuk ke dalam proses sosial.
Diskusinya mengenai evolusi sosial dan kemajuan sosial akan menjadi lebih cerah lagi setelah melewati jamannya. Hal ini memerlukan modifikasi dan kwalifikasi namun kesemuanya itu merupakan titik tolak untuk lebih dapat memahami studi evolusi sosial dan kemajuan sosial. Pada akhirnya Spencer membuat bagan tentang hukum-hukum perkembangan sosial, sebab tanpa hukum perkembangan sosial maka tidak mungkin dapat melihat perkembangan sosial yang akan terjadi sebelumnya. Teori organisme mengenai masyarakat telah lama dibuang. Namun demikian, teori sedemikian itu masih dapat membantu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dengan cara menghubungkan masyarakat pada gejala alam maka akan dapat memberikan suatu alat untuk memisahkan ide metafisis dan agama sepanjang masa.
Tidak ragu lagi bahwa satu-satunya sumbangan yang paling penting Spencer adalah pengenalannya mengenai evolusi kehidupan sosial. Kondep mengenai kesinambungan perkembangan dalam kehidupan sosial melaluli integrasi dan diferensisasi serta penggunaan teori ini, memacu adanya klasifikasi masyarakat dan organisasi sosial. Keduanya merupakan langkah yang penting bagi berdirinya ilmu pengetahuan masyarakat. Semua proses konflik memjadi penting di dalam evolusi sosial. Proses itu terjadi melalui kegiatan individu serta kelompok, karena manusia mempunyai  purposive adaption yang dianggap paling cocok untuk dapat hidup terus di dalam lingkungannya. Gambaran mengenai masyarakat militer dan masyarakat industri dan analisanya mengenai transisi pemerintah dari tipe pemerintahan militer ke tipe pemerintahan industri  hingga saat ini masih tetap berlaku. Banyak ide-idenya seperti evolusi yang tidak linier, progres, evolusi alam dan kemajuan yang tak dapat dihindari lagi telah dimodifikasi dalam masa cerahnya pengetahuan masa kini, namun tujuan utamanya masih tetap benar.

Kepercayaan akan kebebasan individu serta faham laissez faire dan konsepnya mngenai pemerintah yang hanya sebagai tujuan untuk membangun keadilan sosial benar-benar dipersoalkan di dalam jaman sekarang, namun mereka mengambil pengaruh yang kuat dari para sosiolog dan filosof akhir abad ke-19. Perasaan seperti tersebut di atas, di Amerika Serikat selalu disinggung dan diulang-ulang sejak tokoh-tokoh seperti Giddings dan Summer khususnya telah dipengaruhi oleh faham semacam ini.

Ibnu Khaldun



Selama ini ada kecenderungan untuk memandang sosiologi hanya sebagai fenomena modern dan Barat. Namun, sebaliknya, beberapa cendekiawan telah mengembangkan sosiologi sejak lama dan di belahan dunia lain. Salah satu contoh adalah Abdul Rahman Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirzadeh, 1982). Lahir dari keluarga terdidik, Ibnu khaldun mengenyam pendidikan Al-Quran, matematika, dan sejarah. Sepanjang hayatnya ia mengabdi kepada Sultan Tunisia, Maroko, Spanyol, dan Aljazair sebagai duta besar, penghulu kerajaan dan anggota dewan cendekiawan. Ia pun menghabiskan waktu selama dua tahun di penjara Maroko karena keyakinannya bahwa penguasa negara bukanlah pemimpin agama. Setelah kira-kira dua dasawarsa menjalankan aktivitas politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika Utara, tempat ia melakukan studi dan menulis secara intensif selama lima tahuan. Karya yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut melambungkan namanya dan membuatnya menjadi dosen di pusat studi Islam, Masjid Universitas Al-Azhar di Kairo. Dalam kuliah masyarakat dan sosiologi yang banyak menarik minat itu, Ibnu Khaldun menegaskan arti penting kesinambungan pemikiran sosiologi dengan pengamatan sejarah.
Sampai dengan ia wafat tahun 1406, Ibnu Khaldun telah menghasilkan banyak karya penting yang mengandung gagasan-gagasan yang memiliki kesamaan dengan sosiologi kontemporer. Ia sangat yakin dengan kajian ilmiah atas masyarakat, penelitian empiris, dan pencarian sebab-sebab terjadinya fenomena sosial.  Ia amat memperhatikan berbagai institusi sosial (misalnya, politik, ekonomi) dan kaitan antara mereka. Ia tertarik membandingkan masyarakat primitif dengan masyarakat modern. Ibnu Khaldun memang tidak membawa dampak dramatis pada sosiologi klasik, namun sebagai cendekiawan pada khususnya, penelaahan atas karyanya akan menempatkan dia pada sosok yang punya signifikansi historis yang tidak kecil.

Sumber: Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.

Karl Marx



Karl Marx lahir di Trier, Prussia pada tanggal 5 Mei 1818. Ia berasal dari keluarga kalangan kelas menengah. Pada tahun 1841 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian. Karyanya paling populer adalah The Manifesto of the Communist Party(Marx dan Engels 1848/1948).
Teori-teori yang dikembangkan Marx diinterpretasikan banyak kalangan dan interpretasi apa pun yang dibuat oleh seseorang tentang Marx akan disodori interpretasi orang lain pula. Misalnya, sebagian kalangan menekankan karya awal Marx tentang potensi manusia dan cenderung mengabaikan pemikirannya tentang ekonomi politik sementara sebagian lain menekankan karya-karya Marx yang terakhir tentang struktur ekonomi masyarakat dan melihat karya tersebut tersebut sebagai sesuatu yang terpisah dari karya awalnya, terutama karya-karya filosofisnya tentang sifat dasar manusia.
Terlepas dari beragam masalah-masalah ini, teroi-teori Marx tetap menghasilkan suatau program penelitian sosiologis yang paling produktif dan signifikan. Marx percaya bahwa ada hubungan yang inhern antara kerja dan sifat dasar manusia, tetapi dia juga berpendapat kalau hubungan ini telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang diselewengkan ini dengan alienasi. Pembahasan kita tentang konsep Marx tentang sifat dasar manusia dan alienasi sebagian besar berasal dari karya-karya awal Marx. Meskipun di dalam karya-karyanya yang kemudian  tentang hakikat masyarakat kapitalis Marx menghindari penggunakan istilah filosofi yang berat, akan tetapi alienasi tetap mejadi perhatian utamanya.
Marx menganalisis bentuk yang aneh  bahwa hubungan kita dengan kerja kita berada di bawah kapitalisme. Kita tidak lagi melihat kerja kita sebagai sebuah ekspresi dari tujuan kita. Tidak ada objektivasi. Malah, kita bekerja berdasarkan tujuan kapitalis yang mengaji dan mengupah kita. Di dalam kapitalisme, kerja tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri sebagai ungkapan dari kemampuan dan potensi kemanusiaan melainkan tereduksi menjadi sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Dengan demikian, kerja kita bukan lagi milik pribadi kita sehingga tidak bisa lagi mentransformasikan kita.   Dengan demikian, kerja kita bukan lagi milik pribadi kita sehingga tidak bisa lagi mentransformasikan kita. Dengan kata lain, kita dialienasi (diasingkan) dari kerja kita, dan oleh karena itu, dialienasi dari sifat dasar kita sebagai manusia.
Hasilnya, manusia hanya merasa aktif di dalam fungsi-fungsi hewaniahnya –makan, minum, punya keturunan- sementara di dalam proses kerjanya, mereka tidak lagi merasa diri mereka menjadi apa-apa selain menjadi binatang. Tentu saja makan, minum, punya keturunan dan sebagainya juga merupakan fungsi-fungsi dasar yang manusiawi, akan tetapi terpisah dari jangkauan seluruh aktivitas kemanusiaan yang lain dan beralih kepada tujuan yang tunggal dan mendasar yang merupakan fungsi-fungsi kebinatang.
Alienasi pertama terdiri dari empat unsur dasar. Pertama, para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka. Kedua, pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut –produk. Ketiga, para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Terakir dan yang paling umum, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusiaan manusia sendiri.

Seminar Nasional Pendidikan Sosiologi