Pondok
waria. Nampaknya hal itu masih tabu di telinga kita, tapi itulah yang ada di
daerah Notoyudan, Yogyakarta. Ponpes ini adalah satu-satunya ponpes khusus
waria di Indonesia. Ponpes ini juga sudah dikenal sampai tingkat dunia. Popes
waria Al-Fattah didirikan sejak tahun 2008 atas ide dari Bpk. KH. Hamroli
Harun. Motivasi beliau untuk mendirikan ponpes ini adalah, agar kaum waria bisa
diterima di masyarakat luas, karena bagaimanapun juga mereka juga manusia biasa
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Menurut ibu Maryani, selaku pengasuh
ponpes waria menjelaskan bahwa “waria
bukanlah pilihan, tapi kodrat. Waria juga bukan penyakit, karena mereka adalah
orang normal yang menyadari adanya perbadaan pada dirinya dengan orang lain”.
Ibu Maryanti juga menjelaskan bahwa “tidak semua waria itu buruk”. Image buruk
yang sudah terlanjur melekat pada diri waria itulah yang membuat ibu Maryani
terdorong untuk lebih mengembangkan ponpes ini.
Kegiatan rutin di ponpes waria
Al-Fattah diadakan setiap Malam Senin dan Malam Kamis. Dimana setiap pukul
17.00 mereka datang ke pondok, kemudian dilanjutkan dengan bersholawat nariah
bersama, Sholat Maghrib berjamaah, membaca Al-Fatihah sebanyak 100 kali, Sholat
Isya berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan belajar membaca Al-Quran dan
belajar Sholat bagi mereka yang belum bisa. Kegiatan ibadah mereka pun tidak
hanya sampai disitu saja, karena pukul 21.00 mereka harus Sholat Hajat, pukul
02.00 Sholat Tahajud, pukul 04.00 Sholat Subuh, dan diakhiri dengan Sholat Fajar,
setelah semuanya selesai barulah mereka pulang ke rumah atau kos mereka
masing-masing. Dalam hal beribadah, waria di ponpes ini ada yang menggunakan
mukena, ada juga yang menggunakan sarung. Hal itu terserah mereka
masing-masing, asalkan bagi mereka yang sudah memilih untuk memakai sarung maka
mereka tidak boleh memakai mukena, dan
sebaliknya.
Di ponpes waria Al- Fattah ternyata tidak
hanya terdapat waria dari Yogyakarta saja, melainkan banyak waria yang berasal
dari berbagai wilayah, misalnya dari Medan, Bandung, Padang, Surabaya, dan
sebagainya. Dan kehidupan mereka pun ternyata tidak jauh berbeda dengan
masyarakat lain. Misalnya, banyak waria disini yang sudah memiliki pasangan
hidup. Seperti Novi, ia adalah salah satu waria yang berasal dari Surabaya, dan
kini ia telah 12 tahun menjalani hidupnya bersama sang suami. Begitu juga
dengan Irma, ia adalah salah satu waria yang bekerja sebagai penjual ayam
goreng, ia pun sudah mempunyai pasangan hidup.
Sebagian besar waria di ponpes
Al-Fattah telah merasakan kejanggalan dalam dirinya sejak ia kecil. Seperti
halnya yang dirasakan Irma, ia dilahirkan sebagai seorang laki-laki, namun ternyata
ia mempunyai jiwa dan perasaan seorang perempuan. Dan ia menyadari hal ini
sejak ia TK. Hal serupa juga dirasakan oleh Novi, tapi ia baru berani
memutuskan bahwa dirinya adalah seorang waria setelah ia duduk di bangku SMA.
Dan Ibu Maryani sebagai pengasuh ponpes ini pun mengalami hal yang sama dengan
Irma dan Novi. Beliau dilahirkan sebagai seorang laki-laki, namun dengan
berjalannya waktu, ternyata beliau tidak bisa menjalankan perannya sebagai
laki-laki, kemudia beliaupun memutuskan untuk menjadi waria. Kini Ibu Maryani,
mempunyai seorang anak yang diadopsi sejak anak tersebut berusia 1 jam.
Beliaupun menegaskan “ Laki-laki mana yang bisa mengurus anak sejak usia 1 jam?
Hanya jiwa seorang wanitalah yang bisa menyayangi dan mengasuhnya, karena menurut
beliau mengasuh anak kecil tidaklah mudah”.
Waria merupakan manusia biasa yang
mempunyai kedudukan sama dalam masyarakat, dan jika ada kesempatan bagi mereka
untuk menduduki kursi pemerintahan, pastilah diantara kaum yang marginal ini
ada yang mampu untuk menduduki kursi tersebut, karena ada banyak waria yang
berpendidikan tinggi. Jadi janganlah kita memandang sebelah mata mengenai waria
yang ada di seitar kita, karena waria bukanlah pilihan, tapi waria merupakan
kodrat yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.(Rimawati)
WARIA BUKANLAH PILIHAN, TAPI TAKDIR. WARIA
JUGA BUKAN PENYAKIT, KARENA DIA MENYADARI ADANYA
PERBEDAAN PADA DIRINYA DENGAN ORANG LAIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar