Akibat Pembelajaran Online: Siapkah Indonesia Kehilangan Generasi?
Oleh: Anjeli Sarma B. A
Sudah
satu tahun lebih pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)
dilaksanakan di Indonesia. Sejak diumumkannya kasus pertama Covid-19 di
Indonesia pada 2 Maret 2020, pemerintah terus berusaha dengan gencar untuk
mencegah penyebaran Covid-19. Berbagai kebijakan dan arahan diterapkan oleh
pemerintah untuk mencegah penyebaran virus tersebut, salah satunya kebijakan untuk
belajar dari rumah. Sejak kebijakan tersebut dikeluarkan, hampir seluruh daerah
di Indonesia menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Model pembelajaran ini membuat
siswa tidak dapat bertemu dengan guru maupun teman-temannya. Lebih dari 600
sekolah tutup sehingga menyebabkan kurang lebih 60 juta siswa harus belajar
secara online. Walaupun, terdapat beberapa sekolah di kawasan tertentu, yang
diizinkan untuk dibuka dengan beberapa syarat, tetapi kebanyakan siswa
diwajibkan belajar dari rumah.
Awalnya pembelajaran online ini
direspon baik oleh masyarakat sebagai solusi yang paling tepat untuk mencegah
penyebaran Covid-19. Namun, ternyata banyak siswa yang kesulitan dalam
mengakses pembelajaran online hingga akhirnya menimbulkan berbagai
dampak negatif bagi siswa, seperti menurunnya semangat atau motivasi belajar,
munculnya rasa jenuh dan bosan, serta banyaknya siswa yang putus sekolah karena
harus bekerja ataupun karena pernikahan dini.
Dampak negatif tersebut terjadi karena
beberapa faktor, di antaranya yaitu terbatasnya materi, alat, dan akses
terhadap materi pembelajaran dan pengajaran, tidak meratanya infrastruktur
khususnya akses internet, kurangnya keterampilan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh (PJJ), kurangnya perhatian orang tua untuk mendampingi
anak, dan rendahnya kemampuan siswa dalam beradaptasi dan belajar mandiri.
Tidak dapat dipungkiri, kondisi siswa di
tengah pandemi sangat merosot baik dari segi kedisiplinan, kerajinan, hingga
kesungguhan belajar. Hal ini karena siswa sudah dimanjakan oleh situasi.
Situasi pandemi ini bukannya dijadikan sebagai suatu pecut cemeti bagi siswa,
tetapi malah seperti meninabobokan siswa dengan berbagai kenyamanan dengan
hanya belajar online dan tugas-tugas yang ada diserahkan begitu saja. Berdasarkan
hasil penelitian Global Save Children mengenai pembelajaran jarak jauh
(PJJ) di Indonesia, terdapat 7 dari 10 anak mengatakan belajar lebih sedikit
selama pandemi dan terdapat 4 dari 9 anak kesulitan memahami pekerjaan rumah. Hasil
tersebut sangat memprihatinkan karena generasi yang seharusnya sudah meningkat
sekian persen, sekarang malah seperti terjadi kemunduran. Jika hal ini
dibiarkan maka tidak dapat dielakkan, Indonesia akan kehilangan generasinya (lost generation).
Selain itu, lost generation dapat terjadi di tengah pandemi karena penerapan
sistem pembelajaran online padahal internet masih menjadi persoalan
besar di banyak wilayah Indonesia. Guru Besar Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY), Prof. Rochmat Wahab, dalam diskusi mengenai “Generasi yang
Hilang Akibat Pandemi”, menyesalkan penerapan kebijakan yang sama di seluruh
wilayah Indonesia. Padahal, pemerintah menetapkan status yang berbeda di bidang
kesehatan, contohnya wilayah merah, kuning, hijau, atau hitam. Di samping itu,
menurutnya banyak daerah di Indonesia yang ada di pegunungan atau pedesaan tidak
memiliki kasus Covid-19. Tetapi siswa yang sekolah di daerah tersebut harus melaksanakan
sistem pembelajaran yang sama dengan siswa yang di kota yang lebih mudah
tertular virus Covid-19. Tentunya anak yang ada di desa menjadi korban dan tidak
dapat bersekolah. Padahal di rumah anak-anak ini tidak dibantu oleh orang
tuannya karena keterbatasan tingkat pendidikan yang dimiliki orang tua. Kondisi
inilah yang juga dapat menyebabkan Indonesia mengalami lost generation.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan
kasus Covid-19. Dengan begitu sekolah yang ada di pedesaan dan tidak memiliki
kasus positif Covid-19 dapat melaksanakan sistem pembelajaran yang berbeda
dengan sekolah di perkotaan. Sekolah di pedesaan dapat melaksanakan
pembelajaran secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain itu
terdapat beberapa rekomendasi berdasarkan penelitian Global Save Children
dalam pelaksanaan pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ),
yaitu peningkatan akses materi baik daring maupun luring, peningkatan kualitas
pengelolaan dan metode PJJ yang partisipatif inklusif, dan peningkatan
kapasitas orang tua untuk terampil kreatif mendukung proses belajar di rumah
bersama guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar