Kamis, 10 Juni 2021

Opini: Akibat Pembelajaran Online: Siapkah Indonesia Kehilangan Generasi?

Akibat Pembelajaran Online: Siapkah Indonesia Kehilangan Generasi?

Oleh: Anjeli Sarma B. A

            Sudah satu tahun lebih pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilaksanakan di Indonesia. Sejak diumumkannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, pemerintah terus berusaha dengan gencar untuk mencegah penyebaran Covid-19. Berbagai kebijakan dan arahan diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus tersebut, salah satunya kebijakan untuk belajar dari rumah. Sejak kebijakan tersebut dikeluarkan, hampir seluruh daerah di Indonesia menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Model pembelajaran ini membuat siswa tidak dapat bertemu dengan guru maupun teman-temannya. Lebih dari 600 sekolah tutup sehingga menyebabkan kurang lebih 60 juta siswa harus belajar secara online. Walaupun, terdapat beberapa sekolah di kawasan tertentu, yang diizinkan untuk dibuka dengan beberapa syarat, tetapi kebanyakan siswa diwajibkan belajar dari rumah.

Awalnya pembelajaran online ini direspon baik oleh masyarakat sebagai solusi yang paling tepat untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun, ternyata banyak siswa yang kesulitan dalam mengakses pembelajaran online hingga akhirnya menimbulkan berbagai dampak negatif bagi siswa, seperti menurunnya semangat atau motivasi belajar, munculnya rasa jenuh dan bosan, serta banyaknya siswa yang putus sekolah karena harus bekerja ataupun karena pernikahan dini.

Dampak negatif tersebut terjadi karena beberapa faktor, di antaranya yaitu terbatasnya materi, alat, dan akses terhadap materi pembelajaran dan pengajaran, tidak meratanya infrastruktur khususnya akses internet, kurangnya keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ), kurangnya perhatian orang tua untuk mendampingi anak, dan rendahnya kemampuan siswa dalam beradaptasi dan belajar mandiri.

Tidak dapat dipungkiri, kondisi siswa di tengah pandemi sangat merosot baik dari segi kedisiplinan, kerajinan, hingga kesungguhan belajar. Hal ini karena siswa sudah dimanjakan oleh situasi. Situasi pandemi ini bukannya dijadikan sebagai suatu pecut cemeti bagi siswa, tetapi malah seperti meninabobokan siswa dengan berbagai kenyamanan dengan hanya belajar online dan tugas-tugas yang ada diserahkan begitu saja. Berdasarkan hasil penelitian Global Save Children mengenai pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia, terdapat 7 dari 10 anak mengatakan belajar lebih sedikit selama pandemi dan terdapat 4 dari 9 anak kesulitan memahami pekerjaan rumah. Hasil tersebut sangat memprihatinkan karena generasi yang seharusnya sudah meningkat sekian persen, sekarang malah seperti terjadi kemunduran. Jika hal ini dibiarkan maka tidak dapat dielakkan, Indonesia akan kehilangan generasinya (lost generation).

Selain itu, lost generation dapat terjadi di tengah pandemi karena penerapan sistem pembelajaran online padahal internet masih menjadi persoalan besar di banyak wilayah Indonesia. Guru Besar Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Rochmat Wahab, dalam diskusi mengenai “Generasi yang Hilang Akibat Pandemi”, menyesalkan penerapan kebijakan yang sama di seluruh wilayah Indonesia. Padahal, pemerintah menetapkan status yang berbeda di bidang kesehatan, contohnya wilayah merah, kuning, hijau, atau hitam. Di samping itu, menurutnya banyak daerah di Indonesia yang ada di pegunungan atau pedesaan tidak memiliki kasus Covid-19. Tetapi siswa yang sekolah di daerah tersebut harus melaksanakan sistem pembelajaran yang sama dengan siswa yang di kota yang lebih mudah tertular virus Covid-19. Tentunya anak yang ada di desa menjadi korban dan tidak dapat bersekolah. Padahal di rumah anak-anak ini tidak dibantu oleh orang tuannya karena keterbatasan tingkat pendidikan yang dimiliki orang tua. Kondisi inilah yang juga dapat menyebabkan Indonesia mengalami lost generation.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan kasus Covid-19. Dengan begitu sekolah yang ada di pedesaan dan tidak memiliki kasus positif Covid-19 dapat melaksanakan sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah di perkotaan. Sekolah di pedesaan dapat melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain itu terdapat beberapa rekomendasi berdasarkan penelitian Global Save Children dalam pelaksanaan pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), yaitu peningkatan akses materi baik daring maupun luring, peningkatan kualitas pengelolaan dan metode PJJ yang partisipatif inklusif, dan peningkatan kapasitas orang tua untuk terampil kreatif mendukung proses belajar di rumah bersama guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar