Fokus: Single Dad

 KESETARAAN GENDER

Oleh: Luthfi Nur 'Aini

Isu mengenai gender dewasa ini menjadi semakin diperbincangkan ketika kesadaran akan ketidakadilan gender semakin tinggi di kalangan masyarakat. Persepsi yang kurang tepat mengenai kesetaraan gender dapat menghalangi peran perempuan maupun laki-laki dalam kehidupan sosial. Sebab, selama ini masyarakat masih terdapat beberapa orang yang menganggap perempuan dan laki-laki memiliki keterbatasan kesempatan berdasarkan perbedaan ciri biologis primer yang telah membudaya.

Perbedaan gender bukanlah suatu masalah asal tidak melahirkan ketidakadilan gender. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila timbul adanya kesetaraan gender dalam kehidupan sosial para individu. Pada dasarnya, laki-laki dapat beralih peran sebagai perempuan begitu juga sebaliknya bahkan dapat saja berperan ganda. Seperti yang dialami oleh single dad, bernama Pandito Putro seorang wiraswasta properti yang lahir di Magelang pada tanggal 14 Agustus 1956. Sejak tahun 2007 beliau telah menjadi single dad yang turut membesarkan dan mengurus ketiga anaknya. Bukan menjadi suatu masalah bahkan rasa gundah akan statusnya hingga saat ini sebab walaupun telah berpisah komunikasi antara beliau dengan keluarga dengan mantan istrinya terjalin baik.

Dalam kesehariannya pekerjaan di sektor domestik maupun publik turut dikerjakan oleh Pandito Putro, “Pekerjaan di rumah pun biasa saya kerjakan” ujarnya. Beliau juga berpendapat mengenai laki-laki yang menjadi seorang kepala rumah tangga sekaligus ibu rumah tangga bagi anak-anaknya bukanlah menjadi suatu beban, “Tidak masalah, segala sesuatu dapat dilakukan kalau keadaan memaksa kita untuk melakukan, pasti bisa dilakukan. Mencuci, setrika, bersih-bersih rumah bukan hanya pekerjaan istri saya biasa melakukan pekerjaan rumah disamping mencari nafkah sebelum kamu bercerai”, tambahnya. 

Pentingnya pemahaman akan kesetaraan gender diantara laki-laki dan perempuan khususnya di jaman yang semakin modern menuntut manusia dapat memenuhi kebutuhan dengan segala kemampuannya baik fisik maupun psikis. Menurut beliau “Di jaman sekarang kecuali melahirkan menyusui yang merupakan kodrat seorang Ibu. Menurut saya, sebaiknya Ibu dan Bapak setara baik dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di rumah, melihat situasi kegiatannya. Jadi, kesetaraan itu sangat penting apalagi di era sekarang”.

Dalam mengajarkan akan pentingnya kesetaraan gender di lingkungan keluarganya, Pandito Purbo telah mengajarkan kepada anak-anaknya sedari kecil dengan memberikan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk mencari nafkah dan mengerjakan urusan rumah tangga. Sehingga, beliau selalu mengatakan dan menginginkan agar anak-anaknya mampu mandiri dan dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Beliau juga mengungkapkan bahwa “Apapun jenis pekerjaannya, tentunya pekerjaan yang baik, halal. Kebetulan anak-anak saya perempuan. Mungkin suatu saat bisa menjadi single parent sehingga ketika ditinggal oleh suami mereka telah siap dan mampu menopang kebutuhan rumah tangganya sendiri”.

Pesan beliau untuk ketiga anak sekaligus para perempuan adalah “Tetap menghormati dan menghargai suaminya, tidak merendahkan suami walaupun mungkin suami pendapatannya lebih kecil, untuk itu diperlukan keterbukaan dan pengertian”, ujarnya. Untuk para single dad pesan Pandito Purbo “Jadikanlah anak-anak sebagai teman agar komunikasi lancar, berusaha untuk mengerti perkembangan zaman, jangan merasa paling benar dan berhak menentukan segala kehendak terhadap diri anak, serta dapat memberikan berdasarkan pengalaman hidup sehingga dapat membuktikan atau menunjukan pandangan tersebut sehingga anak-anak dapat memahami”.

Melalui Pandito Putro selaku single dad kita dapat belajar bahwa pentingnya kesadaran dan pemahaman akan kesetaraan gender agar tidak terjadi sikap diskriminasi ataupun stereotip berlebihan yang ditujukan kepada perempuan ataupun laki-laki. Dalam hal ini, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam melakukan segala peran domestik dan publik dalam kehidupan sosial masyarakat. Jangan jadikan perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki sebagai peluang individu untuk saling melakukan pembatasan terhadap peran orang lain hanya karena ciri biologis primer yang berbeda.