Kesetaraan Gender dari Sudut Pandang Sosiologi Gender
Oleh : Dedy Yulianto
Menurut
Sasiana Gilar Apriantika konsep kesetaraan gender di era revolusi industri 4.0
sebenarnya sudah ada sejak revolusi
industri 3.0 namun belum terlalu banyak. Walaupun sekarang ini sudah masuk dalam era teknologi dan
internet tetapi relasi antara perempuan dan laki-laki masih sama-sama timpang, hanya beda
bentuknya saja. Relasi dengan menggunakan virtual (media) dapat terjadi ketimpangan antara perempuan dan
laki-laki melalui komentar dalam postingan seseorang yang membuat ketimpangan
atau pelecehan seksual dalam sebuah postingan tertentu. Tidak hanya laki-laki
ke perempuan, bahkan sebaliknya juga sering ditemui di media sosial seperti
Instagram dan lain-lain. Bentuk ketimpangan itu sebenarnya sama, hanya saja dalam era sekarang
dilakukan melalui media sosial yang bersifat intimidatif dan diskriminatif.
Menurut
Sasiana konsep kesetaraan gender dalam segi kuantitas khususnya di dunia kerja
(publik) perempuan sudah tidak melulu hanya berkutat didunia rumah tangga
(domestik). Tapi kalau dilihat dalam konteks selanjutnya, ternyata itu disebut
super women sindrom maksudnya adalah jika perempuan sudah masuk kedalam dunia publik maka dia
dituntut harus bisa menguasai dunia domestik. Ketika perempuan merambah dunia
publik maka, setelah selesai dia harus mengurusi dunia domestik pula, beda
dengan laki-laki yang sudah melakukan dunia publik tetapi tidak harus
memikirkan sektor domestik. Hal ini menegaskan bahwa ketimpangan yang terjadi
itu hanya berubah bentuk, karena sejatinya wanita telah mendapatkan
diskriminasi dimana ketika ia bisa merambah sektor publik dia juga dituntut
harus baik disektor domestik dan hal ini berbeda dengan perlakuan laki-laki
yang boleh baik disektor publik saja tapi tidak harus memikirkan sektor domestik.
Sasiana sudah menyadari bahwasannya kesetaraan gender di dalam dunia kerja
sudah hampir sama dan dalam hal ini cara mengakses sektor tesebut itu sudah
sangat terbuka.
Dalam
bidangnya sosiologi gender memandang kasus yang menunjukan bentuk ketimpangan
sosial dalam media sosial hal ini bukan hanya dalam analisis sosiologi gender
saja, namun juga analisis berkaitan dengan perkembangan relasi dimedia itu. Sekarang
dengan berkembangnya media sosial seperti Instagram dan Youtube orang bisa berbagi
informasi apapun yang dia mau, atau misalnya ada seseorang yang menggunakan
media sosial instagram untuk memberikan komentar terhadap foto seseorang tapi
menunjukan diskriminasi. Dalam kasus ini justru banyak dalam kalangan ibu-ibu
dan orang tua yang sering memberikan diskriminasi tanpa mengetahui benar atau
tidaknya suatu informasi yang disebarkan melalui media sosial karena mereka
tidak membaca secara keseluruhan informasi namun hanya sering kali membaca
judul tanpa mengerti
keseluruhan isi informasinya. Hal ini tidak hanya dalam kajian gender tapi juga era masayarakat
sekarang dan era-era media. Apalagi media itu menjadi representasi dari
pemikiran masyarakat, jadi ketika orang bisa berbagi informasi pengetahuan dimedia
maka setidaknya dia bisa mempengaruhi pemikiran orang lain juga walaupun dia
tidak tahu benar atau tidaknya informasi yang disebarkan. Orang akan lebih
meyakini apa yang mau dia yakini tanpa data-data.
Upaya-upaya
yang dapat meningkatkan kesetaraan gender dengan melalui tagar dan hastag
tentang pembelajaran kesetaraan gender. Dengan memberikan informasi yang mendukung
tentang kesetaraan gender setidaknya akan membantu masyarakat lebih tahu tentang
informasi kesetaraan gender. Walaupun disatu sisi media memberikan informasi
yang bias tapi sebagai generasi milenial kita tidak bisa terhindar dari
penggunaan media sehingga
kita harus bisa menggunakan media dengan
benar dan mencari berbagi informasi yang
bermanfaaat khususnya mengenai kesetaraan
gender.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856