Oleh : Dedy Yulianto
Menurut
Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Politik tidak akan bisa lepas dari kehidupan
kita dimasyarakat dan politik tidak akan lepas dari setiap individu apalagi
sebuah kelompok. Serta seorang yang dikatakan netral dalam bepolitik juga
disebut seorang yang berpolitik, apalagi seorang yang sudah mengikuti suatu
kebijakan partai tertentu.
Menurut
beliau mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial sudah semestinya literasi atau melek
politik yang
dikuasai dan dibangun sejak kehidupan yang
lebih awal. Misalnya mahasiswa sudah berada didalam sebuah universitas dan tentunya
informasi yang masuk pastinya sangat deras sehingga mereka tidak bisa apriori, tidak bisa
diam, dan tidak bisa acuh. Jadi mahasiswa harus berfikir tentang kehidupan
politik yang terjadi selama ini, meskipun barangkali ada mahasiswa yang belajar
lebih dalam tentang politik yang ada dikampus baik ditingkat fakultas, universitas
dan cakupan yang lebih luas lagi. Saya yakin, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
merupakan pribadi yang intelektual inmeking
dalam artian seorang yang dalam proses untuk menjadi intelektual yang
sebenarnya.
Sesuatu
yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa ialah idealisme mahasiswa yang sangat
luar biasa, itulah yang diharapkan bapak untuk mensejahterakan, memakmurkan dan
menciptakan pendidikan murah di masyarakat, karena mereka belum terikat dengan
kepentingan siapapun dan masih menjadi penggerak utama dalam penegakan kehidupan perpolitikan yang lebih baik lagi
untuk masa depan. Kemudian yang terpenting idealisme pada pembukaan UUD 1945 itulah
yang harus diwujudkan oleh mahasiswa dalam mencapai kesejahteraan, kemakmuran serta
pendidikan murah bagi masyarakat.
Dalam
mencapai berbagai keselarasan dan keberaturan politik yang baik dan menjunjung
politik yang bersih seringkali dimasyarakat tidak akan lepas dari isu-isu
politik yang dimana meresahkan masyarakat yang berdemokrasi. Menurut beliau politik
uang dianggap penyakit kita semua, dimana seorang politisi yang ingin mendapatkan
dukungan untuk mencapai posisi tertentu. terkadang untuk mencapai hal tersebut mereka
menggunakan cara-cara yang tidak semestinya. Seharusnya kapasitas, kemampuan
dan kualitas yang memberikan jalan untuk mencapai posisi tertentu tersebut.
Tetapi seringkali ketika 3 aspek tersebut tidak terpenuhi, sehingga cara lain yang digunakan tidaklah yang
semestinya yaitu dengan membujuk orang lain dengan cara memberikan sesuatu
kepada masyarakat pemilih sehingga dia tertarik memberikan suara dan hal itu merupakan
diluar koridor yang seharusnya. Untuk mencapai suatu posisi tertentu, politisi seharusnya
melakukan program-program yang berkualitas dan mendorong masyarakat membangun
kapasitas yang ada dimasyarakat yang bersangkutan. Tapi hal demikian lebih
kepada semua bagian masyarakat yang pragmatis. Kepentingan pragmatis para
politisi dan kepentingan pragmatis dimasyarakat sama-sama membuat politik uang
terus menerus berlangsung. Disinilah dilema yang sering kali menjerat kedua
belah pihak karena belum sejahteranya tingkat ekonomi disuatu masyarakat.
Beliau
juga menghimbau cara-cara mengatasi hal-hal yang tidak semestinya itu dengan
cara pihak-pihak netral memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui
penyuluhan yang dilakukan tentang politik kemudian sosialisasi tentang politik
uang yang sudah meresahkan negeri yang dapat dimulai dari tingkat RT, desa, sampai
dengan tingkat nasional. Kemudian pihak netral tersebut seharusnya memberi
informasi kepada masyarakat yang harus mereka lakukan dalam mengatasi serta
menindaklanjuti adanya politik uang.
Beliau
juga menyampaikan harapannya terhadap perpolitikan di Indonesia dengan terealisasinya
tujuan yang ingin mereka lakukan sesuai ideologi negara dengan melihat visi dan
misi yang telah mereka utarakan serat janji-janji yang diberikan dan wujudkan
masyarakat yang sejahtera dengan berbagai cara yang baik dan benar sesuai UUD 1945.
Bapak Ajat juga tidak lupa memberikan harapan
terhadap mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta khususnya mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial agar mempunyai kecerdasan ketika melihat politik yang berkembang di
Indonesia saat ini. Paling tidak mereka dapat menganalisis perkembangan politik
itu dan ketika sudah lepas dari lembaga kampus ini, mereka sudah punya bekal
yang cukup untuk mewadahi mereka ketika memilih pilihan politiknya yang dimana
berpacuan dengan apa yang sudah diperoleh sejak mereka ada dan belajar tentang
politik dikampus, sehingga mereka lebih matang dalam berpolitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar