Oleh : Kurniatul Jannah
Sambil menyelam minum
air. Begitulah kiranya sebutan yang dapat kita berikan bagi sebagian orang
pengguna media sosial belakangan ini. Media sosial merupakan laman atau
aplikasi yang memungkinkan penggunanya dapat
membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Namun sejak
beberapa bulan menuju bulan April ini fungsi dan peranan dari media sosial
meningkat drastis. Tahun politik merupakan sebutan bagi tahun 2019, yang juga
menjadi alasan peningkatan fungsi dan peranan media sosial khususnya di bidang politik.
Berbagi
informasi, mencari informasi, serta mencari
dukungan politik seperti itulah keadaan media sosial Indonesia di tahun 2019
ini. Media sosial belakangan ini disebut-sebut sebagai arena politik, terlebih
bagi para pendukung paslon presiden Indonesia 2019. Maraknya perbincangan media
sosial yang dijadikan arena politik menarik untuk menjadi
topik bahasan kali ini. Salah satu aktivis
politik muda Universitas Negeri
Yogyakarta bernama Teguh Eko P. merupakan laki-laki kelahiran
Banyumas berumur 21 tahun yang biasa dipanggil Teguh.
Teguh
merupakan mahasiswa yang juga aktif di beberapa media sosial seperti instagram, facebook, dan whatsapp.
Selain itu,
beberapa media yang ia gunakan untuk mengakses informasi politik adalah indikator politik,
Charta Politika, dan SMRC. Berkaitan dengan media sosial yang dijadikan sebagai
arena politik khususnya kampanye,
Teguh
berpendapat bahwa
media sosial saat ini merupakan alat
yang sangat mudah dan efektif untuk berpolitik dan berkampanye. Dalam
berkampanye para paslon menggencarkan media sosial dengan menggunakan
konten-konten menarik dan sasaran
utama dari kampanye di media sosial ini adalah para pemilih mengambang, yaitu
para pemilih yang masih belum menentukan pilihannya. Jadi harapannya dengan
adanya kampanye yang dilakukan di media sosial, para pemilih mengambang tersebut
kemudian menjatuhkan pilihannya kepada paslon yang berkampanye.
Selain mengenai kampanye, Teguh juga menambahkan mengenai
banyaknya informasi
hoax yang mudah menyebar di media sosial. Yang menjadi kenyataan, para
pendukung paslon di Indonesia adalah pendukung yang labil. Hal ini dikarenakan
kenyataan yang ada adalah apabila para pendukung tersebut mendapatkan berita
positif mengenai paslon dukungannya maka mereka akan berusaha sekuat tenaga
untuk menyebar luaskan berita positif tersebut. Namun sebaliknya ketika mereka
mendapatkan berita negatif mengenai paslon dukungan mereka maka mereka tidak akan
percaya, akan menghapus, dan tidak akan pernah menyebar luaskan, bahkan mungkin
akan beranggapan hal tersebut adalah hoax. Inilah kenyataan yang terjadi,
sebagian besar para pendukung tidak lagi berpikir kritis dan mencari kebenaran
berita yang beredar, namun hanya sekedar membaca.
Kita sebagai generasi milenial harus bisa
berpikir kritis, begitu pesan laki-laki berusia 21 tahun ini. Teguh juga
memberikan tips-tips bagi generasi
milenial yang sering berkutik dengan media sosial agar tidak menjadi korban
berita hoax dalam hal apapun khusunya politik. Pertama, jangan mudah percaya
pada informasi yang kita dapatkan. Jadi jika kita mendapatkan sebuah informasi
apalagi yang profokatif, maka kita wajib mencari kebenaran dan jangan memakan
mentah informasi tersebut. Kedua,
coba
bandingkan berbagai informasi yang ada.
Terkadang kita menemukan 2 informasi yang mirip tetapi berbeda makna, maka
coba bandingkan dan berpikirlah kritis atas 2 informasi tersebut. Ketiga, coba cek sumber asli dari informasi
tersebut karena
saat ini banyak informasi yang tersebar sepotong-sepotong dan tidak lengkap. Hal tersebut sangat perlu dilakukan agar kita tau makna
secara utuh dari informasi tersebut.
“Saya selalu mengatakan
bahwa kita boleh membaca buku atau informasi yang kanan, kita juga boleh
membaca buku atau informasi yang kiri, ataupun buku tengah-tengah. Tapi ingat
jangan sampai setelah kita membaca buku atau informasi kanan lalu kita menjadi
orang yang sangat kanan, dan jangan sampai ketika kita telah membaca buku yang kiri
kemudian kita menjadi orang yang terlalu kiri, maka berusahalah berpikir kritis
dan rasional dari informasi apapun yang kita baca atau dapatkan.”-Teguh, 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar