Minggu, 21 April 2019

Puisi: Mungkin Kita

Oleh: Luqman Rohim P

Seketika pudar nuansa damai,
tercipta makna-makna baru yang belum ada
Bunga dan tembok, jika kata Wiji
Kita benih-benih yang ditebarkan
di dalam tembok kokoh kekuasaan
Sapardi juga berkata,
kita adalah manusia
yang dilahirkan dari ibu-ibu yang baik dan sederhana
Maka, untuk kehangatan manusia yang terjerembab.
Aku lepaskan elegi di antara pelupuk mata,
aku berjalan melawan arus
Menodai warna-warna kerakusan
dengan dosa-dosa kecil ku
Jika Chairul Anwar masih ada,
mungkin sekarang ia akan menerjang meradang,
tak peduli peluru menembus kulit
Maka Joko Pinurbo akan berdoa di kuburan,
agar Tuhan menumpaskan celana kerakusan
Dan saat itu, aku tak bisa melepaskan nanar mataku,
melihat binatang jalang yang menebar biji-biji,
atas kesakitan ibu kita, dan mati terjerat celana kekuasaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar